“Tradisi Baik Untuk Keluarga Sehat” hmmm…tag line yang lumayan
nendang dan mampu menampar sekaligus merenung apakah selama ini kita sudah
membiasakan hidup sehat atau belum. Mencoba menjawab pertanyaan mandiri
ini, saya ingin membagikan beberapa tradisi yang ada di keluarga kecil
saya yang terdiri dari Bapak, Mama dan kedua adik laki-laki saya.
1. Mengolah Indomie
Kehidupan
yang serba instan menjadikan kita dihadapkan pada menu-menu yang tak
kalah instan. Salah satunya indomie—makanan favourite semua kalangan.
Nah, dalam keluarga kecil saya, kami dibiasakan untuk tidak mengkonsumsi
rebusan air bekas merebus mie instan yang disinyalir mengandung lapisan
lilin sebagai pengawet. Mama saya tak pernah lelah mengingatkan untuk
mengganti air dengan yang baru jika hendak menyantap mie kuah. Begitu
juga dengan bumbunya, terkadang kami terbiasa menggunakan setengah
porsi/tidak sama sekali, lalu menggantinya dengan bumbu racikan kami
sendiri.
2. Mengolah Daging Ayam
Sama
halnya dengan indomie, mama selalu merebus dan membuang kaldu ayam
potong sebelum diolah untuk dijadikan lauk-pauk. Air didihan pertama
yang penuh dengan kaldu dan lemak ayam selalu ia buang. Barulah di kaldu
putaran kedua ia gunakan untuk dijadikan sup atau semur ayam.
Ketika
bereksperimen di dapur, mama lebih suka menggunakan racikan gula,
garam, kecap, dan rempah-rempah daripada penyedap rasa. Hal ini ia
lakukan untuk mengurangi konsumsi MSG dalam tubuh kami. Walhasil, lidah
kami peka mencicipi mana yang menggunakan racikan rempah-rempah dan mana
yang menggunakan racikan bumbu instan.
Mulut
kami selalu dicekoki mama dengan wujud sayuran yang setengah matang.
Jadi, ketika memasukannya ke dalam mulut dan gigi mengolah, kan
terdengar keriuk-keriuk sebagai wujud postur sayuran yang tak terlalu
matang. Kata mama, begitulah seharusnya sayur diolah, agar gizi dan
vitamin yang terkandung di dalamnya masih tetap tinggal untuk
selanjutnya disalurkan ke dalam tubuh.
Sejak
dini, kami selalu terbiasa dengan olahan cemilan mama. Entah itu dalam
bentuk kukus, rebus, goreng ataupun panggang. Mama selalu mengingatkan
kami bahwa meracik makanan sendiri itu lebih sehat karena kita tahu
bagaimana proses dan bahannya. Lain halnya dengan jajanan di luar dan
jalanan yang belum tentu higienis dan terbuat dari bahan yang aman.
Kebiasaan-kebiasaan
inilah yang jadi pedoman saya hingga sekarang mengolah dan memilah
makanan yang baik dan sehat untuk tubuh. Dan semakin beranjaknya usia,
semua pengetahuan dan wawasan mengolah makanan yang baik itu berkembang
perlahan-lahan. Berhubung rumah saya memiliki pekarangan dan masih
berupa tanah bukan conblock, saya yakin bahan yang mama gunakan pun
sehat karena ditanam sendiri. Cabai, kangkung dan bayam yang saya
konsumsi terbebas dari pestisida…hehee…
Berikut resep makanan sehat yang juga merupakan makanan khas kota kelahiran saya; Pangkalpinang-Bangka.
LEMPAH DARAT
Bumbu yang dihaluskan:
3 buah cabe merah besar
3 buah cabe merah keriting
2 siung bawang merah
1 siung bawang putih
1 sendok makan terasi
2 sendok makan ebi (direndam sebentar)
Bahan:
300 gram ubi kuning atau talas, dipotong-potong
1 ikat daun katuk, diambil daunnya saja
100 gram terong, dipotong-potong
1 butir labu siam, dipotong-potong dadu
100 gram pepaya muda, dipotong-potong dadu
2.000 cc air putih
Garam dan gula secukupnya.
Cara memasak :
1. Rebus bumbu halus dalam air sampai tercium harum.
2. Masukkan talas, masak sampai setengah matang.
3. Masukkan labu siam, pepaya muda, terong, gula dan garam, masak hingga matang.
4. Terakhir masukan daun katuk.
Karena resep ini terdiri dari berbagai macam sayur-sayuran, dijamin makanan khas daerah ini sehat dan kaya vitamin. Selamat mencoba.
“Tulisan
ini dibuat untuk mengikuti lomba blog dari www.resepsehat.com
persembahan SunCo Minyak Goreng Yang Baik. Tulisan adalah karya saya
sendiri dan bukan merupakan jiplakan” di akhir postingan blog.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar