Senin, 11 November 2013

Menguak Freelancer dan Fulltimer di Dunia Kerja


http://studyinjogja.com/menguak-freelancer-dan-fulltimer-di-dunia-kerja
Ada begitu banyak profesi di negeri ini. Mulai dari profesi yang berpenghasilan pas-pasan hingga berpenghasilan tinggi. Namun, jika kita telaah secara garis besar, semua profesi yang seluas langit dan sedalam lautan itu terbagi dari dua hal dasar yakni freelancer (pekerja lepas) dan fulltimer (pekerja tetap). Berbicara mengenai kedua hal ini, muncul beragam stigma di masyarakat yang dominan menganggap freelancer sebagai profesi tak mapan dan tak punya jaminan masa depan. Apakah benar demikian? Mari kita kupas satu per satu.

Freelancer. Mendengar kata ini, persepsimu (jika berpola pikir negatif) mungkin akan dekat dengan gambaran seseorang yang hidupnya tak teratur, tak jelas, seenaknya, tak mau diatur. Namun, jika berpola pikir positif, persepsimu akan meloncat jauh menuju sosok seseorang yang bahagia, bebas dan mandiri. Pekerjaan freelancer merupakan jenis pekerjaan yang lebih fleksibel dan adjustable, bisa mengambil cuti/waktu liburan kapan saja, tidak terikat jam kantor, tidak memakan waktu untuk bekerja, bahkan para pekerja yang berkecimpung di dunia ini dapat melakukan beberapa jenis pekerjaan sekaligus. Namun, perlu dicatat, kelemahan dari freelancer yakni ketidakstabilan pemasukan serta tak ada tunjangan kesehatan, asuransi, bonus dan jatah cuti. Jadi, sukses bekerja sebagai seorang freelancer tergantung dari manajemen waktu dan kedisiplinan dirimu sendiri. Di balik itu semua, sebenarnya freelancer memiliki beragam kelebihan. Dari segi finansial, freelancer memiliki pendapatan yang lebih besar antara 20-80% dibandingkan dengan pekerja tetap. Dari segi pengalaman kerja, freelancer pasti memiliki segudang pengalaman karena cenderung menghadapi kesempatan kerja di sektor yang berbeda. Dari segi lokasi kerja, freelancer bisa memilih lokasi pekerjaan yang diinginkan sedangkan fulltimer harus mengikuti kebijakan dan penempatan dari perusahaan. Terakhir dari segi fleksibilitas, freelancer lebih punya waktu dibandingkan fulltime. Hal ini membuat freelancer lebih memiliki kebebasan untuk mengerjakan hobi, minat, bahkan aktivitas sosial spiritual.

Berikutnya fulltimer. Pekerjaan ini identik dengan rutinitas, hal yang monoton, tak bisa cuti semena-mena, pokoknya semua serba diatur (ini jika kamu berpola pikir negatif). Lain halnya jika kamu berpola pikir positif, fulltimer memiliki masa depan yang jelas, jaminan hari tua, asuransi dan kesehatan, dan yang paling penting ada pendapatan pasti di tiap bulannya. Catatan kecil saja, tak bisa dipungkuri bahwa kelemahan fulltimer memang tak bisa bekerja dan mengambil cuti seenaknya, mengharuskan konsistensi pekerja dalam perusahaan. Namun, pada kenyataannya freelancer juga menyimpan banyak kelebihan di antaranya dapat mengeksplorasi hal-hal baru, sebagai wadah mencurahkan dedikasi bahkan menempuh jenjang karir; yang jika beruntung, membawa pada jabatan/posisi yang tinggi pula.

Sejatinya, baik itu freelancer maupun fulltimer adalah pekerjaan yang sama-sama baik. Namun, apabila terkait hal cocok atau tidak, itu tergantung dari individu yang menjalani. Kepribadian, intelegensi, pengalaman, prinsip, lingkungan dan mindset merupakan beberapa faktor yang menentukan seseorang memilih bekerja sebagai freelancer atau fulltimer. Ada individu yang membutuhkan keteraturan, kepastian dan rutinitas dalam hidup, sehingga individu-individu dengan tipe kepribadian yang seperti ini lebih memilih bekerja sebagai fulltimer. Sedangkan ada pula individu yang tidak suka keterikatan, menyukai perubahan, cepat bosan dan tidak suka bekerja di satu tempat, sehingga tipe-tipe individu seperti ini lebih memilih profesi sebagai freelancer. Jadi, jika ada pendapat yang menyatakan freelancer itu profesi tak mapan, jangan lekas mengutarakan pendapat senada karena profesi itu seperti baju; berlaku relatif, cocok dipakai si A belum tentu cocok dipakai si B, si C, si D dst. Tergantung bagaimana individu tesebut menjalani dan menyikapi profesi pilihan mereka (mengingat tiap profesi punya risikonya sendiri). Ada individu yang pintar memanfaatkan kesempatan kerja freelancer sebagai peluang bisnis sekaligus memperluas link bisnis hingga menjadikannya orang yang mampu meraup penghasilan di atas gaji karyawan. Namun ada juga individu yang cerdas mengoptimalisasi potensi diri sebagai fulltimer sehingga ia menjabat kursi sebagai Direktur perusahaan. Namun tak jarang pula beberapa fulltimer merasa tercekik jam kerja sehingga karier pun kandas di tengah jalan. Nah, sudahkah kamu mengerti passion-mu dan memikirkan pekerjaan apa yang cocok untukmu selepas kuliah nanti? Tak ada salahnya jika kamu merancangnya kini.


dari wichan untuk studyinjogja.com