Rabu, 10 Agustus 2016

Kerlip Cahaya Pulau Bangka

Belajar dari bencana
Tepat pada perayaan Imlek 2016 lalu, Pulau Bangka dilanda banjir hebat setelah kejadian serupa terjadi pada tahun 1986. Tiga puluh tahun tidak mengalami banjir, tahun ini terbilang paling parah dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan alam Pulau Bangka yang kian hancur karena pertambangan timah yang marak menggempur daratan juga perairan. Terlihat jelas bagaimana kapal isap yang membabi-buta menjelajah kawasan perairan hingga merusak ekosistem laut. Nelayan hanya mampu gigit jari karena hasil tangkapan berkurang akibat dari kerusakan terumbu karang dan pencemaran air laut. Daratan pun tak ubahnya perairan, hampir seluruh hutan di sekitar Pulau Bangka dijadikan pertambangan timah legal dan ilegal. Jika tidak dieksploitasi untuk kawasan pertambangan pun, hutan-hutan ditebangi dan dijadikan perkebunan sawit. Entah berapa banyak penduduk yang tergiur uang hingga melepas tanah-tanah mereka untuk dijadikan lokasi pertambangan dan perkebunan sawit. Tak terbilang jumlahnya.

Layaknya roda kehidupan yang naik turun, begitu juga nafas hidup pertambangan. Kini harga timah menurun sehingga banyak penduduk yang beralih lagi ke pertanian lada. Sayangnya, struktur tanah tak lagi sama. Kesuburan tanah terganggu karena lahan pertanian merupakan bekas galian tambang sehingga tak mampu menghasilkan kualitas lada yang unggul. Sungguh sebuah harga mahal yang harus dibayar. Entah butuh berapa tahun untuk mengembalikan ekosistem dan alam Pulau Bangka asri seperti dulu lagi.

Semakin hari perekonomian masyarakat Bangka pun semakin memburuk. Nampak jelas dari daya beli masyarakat yang melemah. Dahulu, satu toko baju punya banyak karyawan yang melayani para pembeli. Sekarang? Hanya ada satu atau dua karyawan, bahkan kerap pemilik toko itu sendiri yang melayani pembeli. Pasar-pasar pun cenderung sepi, kalau ramai pun karena didominasi para pegawai PNS yang mayoritas adalah pendatang. Berangkat dari keprihatinan inilah, saya mencoba menilik potensi Bangka lainnya agar dapat dijadikan kekuatan perekonomian dengan sentuhan inovasi infrastruktur.

Potensi terpendam
Potensi pulau ini sebenarnya tak hanya timah dan lada semata. Masih banyak potensi lain yang belum begitu diperhatikan dan disentuh ranah teknologi serta infrastruktur yang memadai. Di bidang pariwisata misalnya, Pulau Bangka dilimpahi heritage Cina dan bangunan peninggalan kolonial Belanda. Arsitektur rumah-rumah tua Belanda di Bangka Barat (Kota Mentok) dan makam Belanda (Kerkhof) di Pangkalpinang, Perkuburan Sentosa yang merupakan taman makam terluas se-Asia Tenggara dan Kelenteng Kuan Tie Miau (kelenteng tertua di Bangka) juga ada di sini. Saya bermimpi jejak-jejak peninggalan sejarah ini dilestarikan dan dijaga lebih intensif sehingga menjadi objek pariwisata klasik layaknya Kota Tua di Jakarta dan Semarang. Saya berharap sekali Dinas Tata Kota dan Lingkungan Hidup juga turut bekerjasama sehingga tempat-tempat ini tertata bersih dan rapi layaknya Red Square di Malaka. Berikutnya yakni potensi pantai dengan hamparan pasir putih, batu granit, serta gradasi biru lautnya. Pembangunan infrastruktur seperti cottage dan hostel serta pengaspalan menuju kawasan-kawasan wisata pasti akan menunjang pertumbuhan ekonomi masyarakat Bangka. Tentunya dengan dukungan budaya masyarakat yang terdiri dari tradisi Melayu (Nganggung, Perang Ketupat, Mandi Beliamau, dan Selikur) dan tradisi Tionghoa (Cheng Beng, Sembahyang Rebut dan Peh Cun), Bangka akan menjadi daya tarik sendiri bagi turis lokal dan mancanegara. Tak kalah menarik dari budaya dan adat Pulau Bali.

Di bidang perkebunan, perikanan dan peternakan, Bangka Botanical Garden dapat menjadi agrowisata yang mumpuni. Terdapat pengembangan hortikultura, penyediaan bibit, peternakan sapi, perkebunan sayur, dan perkebunan buah naga di sini. Jika potensi ini lahan ini dikelola sedemikian rupa serta mendapatkan sentuhan inovasi teknologi pertanian, tentunya akan menjadi objek wisata keluarga dan lokasi belajar yang lebih menyenangkan untuk anak-anak. Tak menutup kemungkinan Bangka Botanical Garden (BBG) kelak akan  menjadi seperti FarmHouse di Bandung, Surpride di Lampung, atau Sabila Farm milik Pak Gun Soetopo di Yogyakarta.

Selain itu, Pulau Bangka beriklim tropis tipe A dan dikelilingi lautan sehingga panen matahari sangatlah mudah. Begitu juga dengan hembusan angin dan gelombang laut, cukup kencang dan kuat. Bukanlah sesuatu yang mustahil jika kondisi ini dimanfaatkan untuk sumber energi. Matahari dipanen dengan panel-panel surya untuk pembangkit listrik seperti yang dilakukan I Gusti Agung Putra di Bali dan Ferdy di Pontianak. Hembusan angin mungkin dapat digunakan sebagai penggerak turbin seperti yang dilakukan Lu Vu Cuong (warga Vietnam) di sekitar Red River. Belajar dari Lu Vu yang tidak harus menggunakan peralatan mahal, baskom plastik pun boleh dijadikan turbin sederhana. Gelombang laut pulau ini juga dapat digunakan sebagai sumber energi seperti lepas pantai Australia Selatan. Berharap ide-ide ini dapat diimplementasikan di Pulau Bangka agar masalah mati listrik teratasi. Energi ini tentu lebih ramah lingkungan daripada penggunakan minyak bumi yang tak dapat diperbaharui. Diharapkan Balitbang PUPR dapat bekerjasama dengan Penggiat Lingkungan Hidup seperti Walhi untuk mensosialisasikan terobosan ini. Satu-satunya desa di Bangka yang sudah merasakan penggunaan panel surya yakni Desa Rebo.

Potensi lainnya yakni hasil laut dan culinery. Geografi Pulau Bangka yang dikelilingi lautan, menjadikan pulau ini berlimpah ikan segar dengan kualitas super sehingga makanan yang diciptakan pun identik olahan ikan seperti otak-otak, empek-empek, getas, tekwan, dan aneka kerupuk. Cumi dan udang juga diolah menjadi aneka snack. Bahkan oleh-oleh Bangka terkenal enak dan dicintai para wisatawan karena punya citarasa unik. Akan lebih baik lagi jika usaha-usaha kecil ini mendapatkan perhatian dari pemerintah sehingga mereka mampu memproduksi dengan skala yang lebih besar guna memenuhi kebutuhan pasar, misalnya dengan hibah atau pinjaman modal untuk membeli mesin produksi.

Itulah beberapa potensi yang terdapat di Pulau Bangka. Tujuh tahun meninggalkan pulau ini, ternyata tak banyak perubahan yang terjadi di sini. Perekonomian melemah dan masyarakat masih merindukan sentuhan inovasi infrastruktur layaknya kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Yogyakarta. Bangka masih membutuhkan pembangunan infrastruktur ruang publik dan ruang terbuka hijau. Akan sangat indah dan menarik jika pesisir pantai dijadikan taman dengan lampu atau lampion, misalnya seperti Taman Alun Kapuas di Pontianak. Air Mancur Menari seperti di Jembatan Surabaya pun akan menjadi ikon menarik dari pulau ini. Sungguh mengagumkan jika di masa depan pesisir pantai-pantai Pulau Bangka dapat menjadi kolam pelabuhan bagi kapal-kapal nelayan dan ruang publik layaknya Volendam di Holland.

Ide inovasi lain yang mungkin dapat diimplementasikan tak hanya pada Pulau Bangka tapi juga daerah-daerah lain yakni temuan konventer kit BBM ke Gas oleh Warga Kubu Raya di Kalimantan Barat dan ATM Sampah yang sempat diluncurkan di Bali. Prospek inovasi tersebut saya rasa sangat menjanjikan. Pasalnya konventer berguna bagi nelayan-nelayan yang hidup di pelosok dan perbatasan, dan ATM Sampah akan mendukung maintaining pembangunan infrastruktur. Jika Jepang mampu membersihkan negaranya dari masalah sampah selama 10 tahun, kenapa kita tidak? Pasti negeri ini juga bisa. Saya rasa Gerakan Relawan Trashbag Community oleh Ragil Budi Wibowo dan Komunitas Jakarta Osoji Club oleh Tsuyoshi Ashida merupakan langkah brilian melepaskan Indonesia dari permasalahan sampah. Akan terasa sekali dampaknya jika gerakan ini dilakukan serentak di masing-masing kota di Indonesia.

Hal-hal di atas hanya segelintir ide-ide yang berangkat dari keprihatinan masalah-masalah di sekeliling saya. Saya bukan siapa-siapa, hanya warga negara biasa yang mencoba berbuat sesuatu untuk bangsa, khususnya tanah kelahiran saya. Semoga Balitbang PUPR dengan segala penyokongnya mampu berbuat sesuatu untuk pulau ini. Ke depannya, saya berharap putra-putri daerah tidak harus lari menuju ibukota untuk mengubah nasib atau mengais rezeki yang nantinya juga akan menambah kepadatan penduduk ibukota. Saya berharap mereka sendiri yang tergerak hatinya membangun daerah mereka sehingga mampu meningkatkan perekonomian daerah. Untuk itu, peran inovasi infrastruktur sangat dibutuhkan sebagai penyokong dan moda penggerak pembangunan yang jadi titik fokus pemerintahan Presiden RI sekarang ini.
Produk-produk unggulan Balitbang PUPR seperti komposter, tungku sanira, flood early warning system, bendung knock down, sumur resapan, Ruang Henti Khusus (RHK), jembatan pelat orthotropik, sindila, dan tambalan cepat mantap diharapkan juga dapat dinikmati secara merata daerah-daerah dan pelosok negeri ini. Memang ini tak mudah, tapi kita harus tetap optimis.


Jangan khawatir, kita tidak sendiri. Belajar dari negara-negara tetangga. Swedia, Jepang, dan Belanda sudah terlebih dahulu berjuang melawan sampah dan air, dan akhirnya mereka mampu menaklukkan masalah-masalah tersebut. Sekarang, giliran kita. Mungkin kita harus belajar optimis dari kota Hofu di Jepang. Dahulu kota ini tertinggal dan tak dipandang sama sekali. Sekarang kota ini menjadi salah satu kota dengan perekonomian terkuat di Jepang. See? Hard work will never betray you.

Sabtu, 06 Agustus 2016

Rajutan Mimpi Menjejak Karimunjawa

 
Karimunjawa
sumber : www.kumpulancerita.net
                                              

Jepara ternyata tak hanya tersohor dengan ukirannya, tapi juga kemolekan alamnya. Banyak pulau-pulau perawan eksotis di sekitarnya. Salah satunya yakni Karimunjawa. Siapa yang tidak mengenal pesona alam satu ini. Namanya tak kalah populer dari Bunaken, Pulau Dewata, dan Raja Ampat. Meskipun saya belum pernah ke sana, tapi pesona Karimunjawa dapat kita lihat berseliweran di sosmed. Ribuan orang berbondong-bondong untuk menjejakkan kaki ke tempat ini. Peminat wisata Karimunjawa pun beragam, mulai wisatawan lokal yang ingin menghabiskan waktu liburan hingga wisatawan mancanegara yang ingin menghabiskan musim panas.

Pertama kali menemukan kata Karimunjawa waktu kecil, saya sempat dibuat bingung sekaligus penasaran dengan kata  “karimun” dan nggak yakin bahwa pulau tersebut ada di daerah Jawa. Ternyata kata tersebut berasal dari kata “kremun” (Bahasa Jawa) yang artinya samar-samar. Sejak itu pula saya yakin ia terletak di Laut Jawa. Setelah menginjak remaja saya baru tahu sejarah lengkap Pulau Karimunjawa yang ternyata masih kental kaitannya dengan Kerajaan Jawa. Beberapa mitos pun masih dipercaya oleh masyarakat penghuni pulau tersebut. Salah satunya tentang Kayu Dewadaru yang apabila dibawa keluar dari kepulauan ini akan mendatangkan angin dan ombak besar yang akan menenggelamkan kapal-kapal yang sedang menyebrang. Believe it or not, but it exists. How great Our Creator is. Namun, hal ini tidak menjadikan saya takut dan menyurutkan niat saya untuk menjejakkan kaki ke daratan berpasir putih ini.

Terlahir di pulau dengan hamparan pasir putih dan gradasi biru laut Bangka, ternyata tak mampu menjadikan saya bosan menatap pantai. Tetap saja, saya selalu antusias jika menemukan pantai-pantai eksotik di Indonesia seperti Karimunjawa. Saya bermimpi suatu hari nanti bisa sampai ke wisata taman laut ini bersama sahabat-sahabat saya.

Ingin sekali rasanya blusukan ke Legon Lele yang katanya punya lele-lele tak berpatil. Kayak apa coba bentukan lelenya, pasti imut dan jinak kali ya. Lalu menuju ke penangkaran hiu di Pulau Menjangan Besar. Seumur-umur, saya hanya pernah makan daging hiu yang dijual di pasar-pasar ikan di tanah kelahiran saya, tapi belum pernah berendam bareng hiu-hiu. Wah, pasti menyenangkan bisa melihat wajah mereka dari dekat. Nggak bisa bayangin bagaimana adrenalin saya waktu nyemplung di air bareng hiu, pasti jadi pengalaman tak terlupakan. Saya juga ingin menjelajah pantai-pantai Karimunjawa seperti Pantai Barakuda dan Pantai Ujung Gelam yang pesonanya tak kalah dengan pantai-pantai di Bangka.

Penangkaran Hiu
sumber : tripbebas.wordpress.com
Tempat  lain yang ingin saya jelajah di Karimunjawa yakni area Tracking Hutan Mangrove. Saya ingin sampai ke atas menara di konservasi hutan mangrove agar dapat melihat kecantikan padang lamun Karimunjawa. Syukur-syukur kalau bisa bertemu dengan fauna endemik seperti Burung Delimun Zamrud atau ular edor yang katanya buta. Jika saya beruntung, mungkin akan mendapati burung migran seperti Trinil Bedaran dari China dan Kedidi Leher Merah dari Australia sedang singgah di sana atau melihat kupu-kupu Euploea crameri karimondjawaensis dan Idealeuconea karimondjawaensis yang merupakan endemik Karimunjawa. Yang pasti saya tak ingin melewatkan untuk melihat langsung 2 jenis bakau langka di Karimunjawa yakni Duduk (Scyphiphora hydrophyllacea) dan Betah (Exoccaria agallocha).


Tracking Mangrove
sumber :gpswisataindonesia.blogspot.com
Fauna endemik lain yang ingin saya lihat dari dekat yakni penyu hijau (Chelonia Mydas). Banyak buku mengatakan penyu ini menjadi hewan herbivora dengan memakan rumput laut ketika menginjak usia dewasa. Saya ingin melihat dengan mata kepala saya sendiri dan menyentuh langsung penjelajah laut satu ini di Karimunjawa, tak perlu jauh-jauh ke Galapagos. Saya juga ingin berdiri di Pulau Gosong; daratan kecil berpasir putih yang terletak di sekitar Karimunjawa.

Penyu Hijau
sumber : www.telusurindonesia.com
Pulau Gosong
sumber : www.travelmato.com

Menjejak langkah ke daratan Karimunjawa tak lengkap rasanya jika tidak melihat jejak-jejak sejarah pulau ini. Maka saya ingin menuju makam keponakan dari Sunan Muria yakni Amir Hasan di Desa Nyamplungan. Bukit Joko Tuo juga ingin saya telusuri, ingin melihat kerangka ikan raksasa Joko Tuo dan tasbih terbesar serta terberat yang tersusun alami di Bukit Juko Tuo.

Bukit Joko Tuo
sumber : jateng.tribunnews.com
Tempat terakhir yang tak kalah ingin saya kunjungi adalah Bukit Love di Dusun Jatikerep. Dari dulu saya selalu kagum dengan sculpture karya Robert Indiana ini. Beruntung ternyata juga ada di Indonesia, tak perlu jauh-jauh ke JFK Philadelphia atau New York City.

Bukit Love
sumber : www.yukpiknik.com
Hari-hari terakhir hanya akan saya isi dengan wisata kuliner makanan khas Bugis dan kuliner khas Karimunjawa seperti pindang serani dan srepeh. Pasti terasa nikmat menyantapnya sambil duduk-duduk di home stay atau wisma apung di sekitar wisata Karimunjawa. Barulah setelah itu saya blusukan ke Alun-Alun Karimunjawa melihat pohon kenari yang legendaris itu sembari menikmati siomay. That’s all. Selebihnya saya hanya ingin menatap lekat-lekat sunset Karimunjawa bersama sahabat-sahabat saya.

Pulang dari Karimunjawa, saya hanya ingin membawa foto dan cerita bagi siapa saja yang saya temui. Saya ingin mereka tahu bahwa Indonesia ini begitu menakjubkan. Hampir semua pelosok negeri ini menyimpan kilau mutiara. Tak terkecuali Karimunjawa ini. 

Karimunjawa selalu masuk daftar tujuan destinasi pertualangan saya menjelajah bumi Indonesia. Semoga ParadisoTour mampu mewujudkannya. Kalau tidak, saya tetap pada semboyan saya bahwa banyak jalan menuju Roma. Saya percaya suatu hari nanti pasti akan sampai ke sana juga. Saya hanya perlu terus berusaha dan tak berhenti berusaha. See you someday, Karimunjawa

Silakan buka video ini jika ingin melihat pesona Karimunjawa lebih dekat. Enjoy it ^_^

Selasa, 03 Februari 2015

Lindungi Generasi Lewat Karnaval Gizi

Hari Gizi Nasional (HGN) yang jatuh pada tanggal 25 Januari 2015 lalu disambut meriah di beberapa kota besar di Indonesia. Euforia ini bisa kita lihat lewat partisipasi dan antusiasme warga di Jakarta yang melakukan long march dari Patung Kuda menuju Bundaran HI dan berakhir di Dukuh Atas. Ikatan Lembaga Mahasiswa Gizi Indonesia (ILMAGI) bekerjasama dengan Kementrian Perikanan dan Kelautan dengan semangat menyerukan kampanye “Ayo Makan Ikan” di momen ini.
1. Long march di Jakarta
Peringatan Hari Gizi Nasional juga diadakan di Simpang Lima Semarang. Himpunan mahasiswa melakukan long march dari Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) sampai Simpang Lima. Dengan bermodal pengeras suara, himpunan mahasiswa mengkampanyekan penerapan sepuluh pedoman gizi seimbang.  
2. Long march di Simpang Lima Semarang
Kota Malang pun tak mau ketinggalan. Bertempat di Jl. Besar Ijen, Persatuan Ahli Gizi (PERSAGI) kota Malang bekerjasama dengan beberapa universitas ternama dan Dinas Kesehatan mengadakan rangkaian kegiatan antara lain pengukuran status gizi, pengukuran tekanan darah, pembagian leaflet gizi tentang obesitas, pedoman gizi seimbang, 5 kunci keamanan pangan di rumah, dan informasi pentingnya sarapan pagi. Pembagian souvenir bagi pengunjung berupa paket buah segar dan bazar produk gizi seperti olahan ikan gabus dan cilok sehat pun turut memeriahkan suasana.
3. Demo olahan cilok sehat di Malang
Momentum Hari Gizi Nasional ke-55 ini pun tak mau disia-siakan Provinsi Gorontalo. HGN di Gorontalo diperingati bersamaan dengan peringatan Hari Patriotik yang jatuh pada tanggal 23 Januari dengan membahas Rancangan Peraturan Daerah Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah Gorontalo.

Di Nusa Tenggara Barat sendiri, HGN diperingati cukup meriah dengan senam jantung sehat, senam aerobik, senam hiburan “Goyang Dumang” dan “Sakitnya Tuh Di Sini” serta konseling gizi bagi masyarakat yang membutuhkan. Tersedia pula konselor gizi berpengalaman bagi pengunjung yang ingin menanyakan informasi seputar gizi, jenis-jenis diet dan terapi diet bagi yang menderita penyakit-penyakit tertentu. Beberapa leaflet dan doorprize pun dibagikan dalam acara ini.
4. Senam jantung sehat di NTB
Peringatan HGN ini tidak hanya dimeriahkan oleh pemerintah, sektor swasta seperti PT Sarihusada pun turut meramaikan momen ini. Dengan menggandeng Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU), Sarihusada membagikan 13.209 produk susu gratis kepada anak-anak kurang mampu di wilayah DIY antara lain kabupaten Kulon Progo, Bantul, Gunung Kidul, Sleman dan beberapa wilayah kota Yogyakarta serta Magelang.
5. Pembagian susu gratis di DIY
Selain itu, PT Sarihusada bersama beberapa komunitas peduli gizi juga menggelar karnaval “Ayo Melek Gizi” di kawasan Monas hingga Bundaran HI. Karnaval gizi ini meliputi parade sepeda onthel yang dihiasi berbagai bahan pangan sumber gizi, ondel-ondel berhiaskan kostum sayur dan buah, dan parade musik tradisional. Momen ini lalu dilanjutkan dengan acara edukasi dan konsultasi gizi serta demo masak makanan sehat oleh host program televisi Kungfu Chef yaitu Chef Muto.
6. Salah satu penampilan anak-anak muda di karnaval ayo melek gizi
7. Karnaval sepeda onthel
Presiden Direktur Sarihusada, Olivier Pierredon, mengungkapkan bahwa program ini diadakan guna meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap gizi seimbang. Olivier mengatakan bahwa kegiatan ini sudah dicanangkan sejak 5 tahun yang lalu dan untuk pertama kalinya momen ini diselenggarakan di momen Car Free Day di Jakarta. Menurutnya, ini adalah cara Sarihusada turut berpartisipasi dalam program “Ayo Melek Gizi”. The Head of Corporate Affairs Sarihusada, Arif Mujahidin, pun mengatakan hal senada kepada wartawan Sindo bahwa lewat kegiatan ini masyarakat berkesempatan untuk melihat dan berpartisipasi secara langsung dalam meningkatkan gizi generasi bangsa. PT Sarihusada juga menyerahkan donasi kepada anak-anak panti asuhan berupa pemberian susu sebanyak 2.015 box di kesempatan ini. Seru ya. Semoga kegiatan ini akan terus berlanjut dari tahun ke tahun karena tak bisa dipungkiri bahwa gizi memiliki peran penting bagi generasi bangsa.

Untuk ke depannya, saya berhaarap sekali PT Sarihusada melakukan program-program berkelanjutan sebagai keseriusan upaya mereka mendukung perbaikan gizi di tanah air. Bisa dilakukan melalui pembangunan dan pengembangan Rumah Pemulihan Gizi (RPG) di desa-desa terpencil, gerakan “Ayo Ke Posyandu”, serta pengukuran status gizi. Tiga pokok kegiatan ini patut diberikan perhatian intensif agar apa yang sudah ada terus berjalan dan meningkat dari hari ke hari. Apalagi seperti yang kita ketahui bahwa gizi buruk yang terjadi di negeri ini melalui proses panjang dan dapat diantisipasi sejak dini. Jadi, melalui kegiatan-kegiatan berkelanjutan, tingkat perkembangan anak selalu dapat dipantau guna mengurangi kasus-kasus gizi buruk. Pembangunan dan pengembangan RPG itu sendiri dapat dilakukan dengan mendatangkan beberapa ahli gizi ke posyandu-posyandu terdekat untuk memberikan pola asuh yang baik terkait gizi anak. Informasi terkait makanan dan minuman bergizi bisa dimasukan dalam program ini. Saya setuju sekali dengan Kementrian Perikanan dan Kelautan bahwa makan ikan itu penting, karena selain kadar kolesterolnya rendah, ikan diperkaya DHA dan EPA yang bagus bagi kecerdasan otak anak.  Program Pembangunan dan pengembangan RPG bisa pula dengan melibatkan komunitas Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Saya yakin, program ini akan menciptakan sumber daya manusia yang sehat, cerdas dan produktif.

Sedangkan untuk program jangka pendek, berbagai inovasi kegiatan pada Hari Gizi Nasional juga bisa dieksplor lebih dalam. Misalnya dengan melakukan program masak besar makanan bergizi dan makan bersama. Selain memberikan informasi bagi masyarakat, program ini juga mampu memupuk persaudaraan. Bisa juga dengan pembagian buku gizi dan pemeriksaan kesehatan gratis, juga bazar produk olahan dan makanan tradisional bergizi lainnya. Bukankah negeri kita kaya akan cita rasa bumbu-bumbu nusantara? Eksplor itu saja agar anak-anak cinta negeri dan mau makan masakan nusantara sejak usia dini. Untuk memupuk pengetahuan anak dan mengajak anak tahu pahlawan negerinya, bisa dengan memperkenalkan singkat Bapak Poorwo Soedarmo yang tak lain adalah bapak ilmu gizi Indonesia. Lomba melukis dan mewarnai juga bisa diandalkan untuk mengenalkan anak akan pentingnya gizi. Ajak sekolah-sekolah dan institusi-institusi pendidikan untuk turut serta memeriahkan momen Hari Gizi Nasional, pasti akan lebih meriah dan bisa dikenang.

Bisa pula dengan memanfaatkan tren “foto selfie” untuk menyemarakkan suasana karnaval gizi di Hari Gizi Nasional. Berinovasi menemukan tokoh kartun dari PT Sarihusada guna menarik perhatian anak-anak dan masyarakat itu jauh lebih baik. Misalnya seperti foto-foto di bawah ini. 





Jika tidak ingin bersusah payah membuat satu tokoh kartun lucu dari PT Sarihusada, bisa dengan menjadikan satu jenis buah-buahan, sayur-sayuran, tempe, tahu, ayam atau sapi (sumber protein hewani) sebagai maskot seperti gambar-gambar di bawah ini. 
kostum maskot ikan
kostum maskot stroberi


kostum maskot sapi
kostum maskot brokoli

kostum maskot pisang
Saya yakin hal ini akan lebih menarik saat berkampanye. Lagipula, bukankah kebanyakan orang suka melihat hal-hal yang unik, lucu, serta enak dipandang? Dengan begitu, karnaval gizi pun akan terkemas lebih menarik. Misi korporasi tercapai, anak-anak dan masyarakat pun turut senang karena bisa berfotoria dengan maskot unik. Pasti akan lebih seru! Selamat berinovasi ya Sarihusada. Selamat melindungi generasi nagari. Salam gizi tanah pusaka! ^_^ #KarnavalGizi


Sumber-sumber foto:
1, 2, 3 >>> http://aipgi.org
4 >>> http://poltekkes-mataram.ac.id
5 >>> http://www.pkpu.or.id
6 >>> http://sp.beritasatu.com
7 >>> http://berita.suaramerdeka.com
foto-foto boneka balon oleh Fendika Aji >>> fendika.aji@facebook.com
kostum-kostum maskot >>> http://www.arismascots.com



________________dari wichan untuk www.nutrisiuntukbangsa.org




Rabu, 28 Januari 2015

HIJAUKAN PERTIWI, MAJUKAN NAGARI

Bicara soal resolusi hijau, ingatan saya melambung jauh pada peristiwa kebakaran hutan yang terjadi di Riau, banjir besar Jakarta dan kota-kota besar lainnya, juga tanah longsor yang terjadi di Banjarnegara tahun 2014 lalu. Kita bisa melihat bagaimana media memberitakan kabut asap yang mencemari udara hingga menyebabkan masyarakat terkena ISPA dan harus dilarikan ke rumah sakit, bagaimana banjir menutupi jalanan ibukota hingga bundaran HI, juga beberapa nyawa yang hilang ketika longsor Banjarnegara. Kenapa semua bencana alam ini bisa terjadi? Tidak lain dan tidak bukan karena kita kurang menghargai dan mencintai alam. Padahal alam dan manusia tak terpisahkan, kedua-duanya saling bergantung, juga berpengaruh. Kehadirannya tak hanya berguna di masa sekarang, tapi juga bagi keberlangsungan hidup anak cucu kita.

Lelah rasanya mencari-cari siapa yang bersalah dan harus bertanggungjawab akan semua bencana tersebut. Beberapa orang berpengaruh di pemerintahan begitu pandai memainkan politik uang sehingga izin korporasi membakar hutan dirasa sah-sah saja, alih fungsi lahan resapan air di Kalimantan yang berganti perkebunan sawit, tambang-tambang yang membabi-buta, semua sepertinya bukan ancaman yang berarti bagi kelangsungan hidup manusia. Telinga dan mata seakan tuli dan buta, hanya keuntungan dan kepentingan pribadi yang jadi ambisi, sedangkan integritas dan dedikasi seolah-olah mulai tergerus di bumi pertiwi.

Sekalipun kita tahu pemerintah memegang peran penting dalam pembangunan dan kebijakan negeri, tapi tanggungjawab menjadikan negeri ini hijau seharusnya ada di pundak kita masing-masing. Kita tidak bisa menuntut dan menyerahkan tanggungjawab yang sebegitu besarnya pada bahu pemerintah saja, kita pula yang harus bahu-membahu menjalankannya, menjaganya. Tidak harus dengan melakukan hal-hal besar seperti yang dilakukan The Nature Conservancy Program Indonesia, cukup dengan mengubah gaya hidup dan paradigma itu sudah lebih dari cukup.

Mengenai gaya hidup, hal ini mungkin terdengar simpel, tapi masih sedikit sekali pribadi yang benar-benar mengerti bagaimana menghargai dan menjaga alam lewat poin ini. Bisa kita lihat nyata di sekitaran. Berapa banyak pribadi yang masih menggunakan kantong plastik ketika berbelanja? Berapa banyak pribadi yang gemar menggunakan sterofoam sebagai wadah daripada menggunakan tumbler?  Berapa banyak pemakaian air dan listrik yang begitu borosnya? Berapa banyak masyarakat yang lebih suka menggunakan motor daripada jalan kaki (padahal jarak tempuh begitu dekat)? Berapa banyak pribadi yang menghambur-hamburkan kertas? Bukankah semua itu masih kerap kita jumpai? Gaya hidup inilah yang harus kita ubah perlahan-lahan. Biasakan sikap cerdas di keseharian seperti menggunakan tas ramah lingkungan ketika berbelanja, mencuci dengan detergen bersoftener untuk mengurangi penggunaan air, mobilisasi dengan kendaraan umum, memisahkan sampah organik dan non-organik, mendaur ulang barang bekas, lebih mengutamakan ventilasi daripada AC, dsb. Sadar atau tidak, dengan menjalankan gaya hidup ini, kita sudah meringankan beban pemerintah menghijaukan negeri ini.

Lalu bagaimana dengan paradigma? Ranah satu ini memang agak sulit diubah karena memang membutuhkan waktu yang relatif panjang. Paradigma masyarakat yang masih banyak berorientasi pada manusia saja, harus diganti dengan lebih berorientasi pada alam. Ubahlah paradigma bahwa alam bukan bahan baku penghasil uang melainkan teman hidup di planet bumi. Dengan begitu, setiap pengelolaan sumber daya alam dan penggunaan teknologi akan lebih ramah lingkungan. Saya yakin, hal ini akan menjadikan siapa saja berlaku lebih arif dan bijaksana sehingga pemandangan seperti pembuangan sampah di sungai, penebangan liar, konflik gajah dengan manusia, pencemaran sungai dan lautan tak lagi menghiasi media. Kita juga tidak perlu malu lagi dengan negeri tetangga terkait polusi udara. Dengan benar-benar memahami poin ini, melihat pertiwi hijau itu tak lagi sebuah mimpi atau ilusi.

Lebih baik lagi jika resolusi hijau lewat gaya hidup dan paradigma ini ditanamkan di segala institusi pendidikan, korporasi dan komunitas. Wah, kebayang kan kekuatannya, pasti akan memberikan pengaruh yang begitu besar bagi alam nusantara. Kurikulum pendidikan yang mengutamakan alam sebagai media pembelajaran akan memupuk cinta anak pada semesta. Begitu pula dengan program-program lingkungan di korporasi dan komunitas, pasti akan menumbuhkan rasa peduli lingkungan hijau dalam diri para karyawan dan semua pihak yang terlibat di dalamnya. Jika semua ini bisa dipupuk dan terus dipupuk, saya yakin kecintaan manusia pada alam akan mengalir dan mendarahdaging dengan sendirinya di dalam setiap individu dan keluarga. Selanjutnya, pekerjaan The Nature Conservancy Program Indonesia pun akan terasa lebih ringan karena mereka tidak jalan sendirian.

Selain itu, metode paling mudah terjun langsung menjalankan resolusi hijau tahun 2015 adalah dengan menggalakkan besar-besaran penanaman pohon yang mampu mengikat polutan seperti pohon trembesi, flamboyan, bungur dan mahoni di sepanjang jalan perkotaan dan lintas kota. Selain mampu menyerap karbondioksida, pohon-pohon ini juga sumber peneduh dan mampu menciptakan nilai estetika tersendiri. Khusus bagi mereka yang sudah mempunyai hunian, bisa dengan memberikan seminar terkait flora-flora yang mampu memfilter udara seperti aloevera, areca palm, chinese evergreen, english ivy, golden pothos (sirih belanda), marginata, pakis boston, peace lily, sanseviera, dan spider plant (lili paris). Resolusi hijau juga bisa dijalankan melalui kerjasama dengan para planolog terkait penataan kota. Ruang Terbuka Hijau (RTH) dengan spesies tanaman dan sanitasi yang baik akan turut membantu menghijaukan kota. Spesies tanaman sejenis tabebuia aurea (yang mirip sakura), petunia, anggrek dan bougenvil akan sangat membantu memperindah penghijauan kota. Sedangkan bagi para masyarakat pedesaan, galakkan saja kebun raya mini, khususnya bagi desa-desa yang mempunyai ciri khas flora-flora yang bisa dijadikan objek wisata, seperti Desa Stroberi Pandanrejo Bumiaji di Batu Malang. Tak hanya lingkungan hijau dan sehat, tapi pundi-pundi dan kesejahteraan masyarakat pun meningkat. 

Semoga pengharapan akan Indonesia yang lebih baik ini tidak terhalangi tumpang tindihnya kebijakan dan kewenangan para pejabat pemerintahan, saya berharap sekali penegakan hukum di negeri ini lebih mengedepankan efek jera bagi penjahat-penjahat lingkungan, dan yang paling penting pembangunan ekonomi di negeri ini tidak mengabaikan kelestarian alam. Penggalakan investasi pada ilmu pengetahuan dan riset-riset yang mampu memperkaya bentang alam negeri ini pasti juga akan bermanfaat dan menghasilkan buah di kemudian hari. Tak harus negeri orang kan yang mengeksplorasi kekayaan alam bumi pertiwi? Anak-anak Indonesia juga tak kalah mumpuni. Mari bersama-sama kita hijaukan pertiwi lewat aksi agar majulah bangsa ini dari hari ke hari. Mari kita bahu-membahu membantu The Nature Conservancy Program Indonesia untuk membuktikan bahwa hijau negeri ini bukanlah sebuah halusinasi. Salam lestari! Salam bumi nagari!

sumber foto: www.flickr.com








Senin, 11 November 2013

Menguak Freelancer dan Fulltimer di Dunia Kerja


http://studyinjogja.com/menguak-freelancer-dan-fulltimer-di-dunia-kerja
Ada begitu banyak profesi di negeri ini. Mulai dari profesi yang berpenghasilan pas-pasan hingga berpenghasilan tinggi. Namun, jika kita telaah secara garis besar, semua profesi yang seluas langit dan sedalam lautan itu terbagi dari dua hal dasar yakni freelancer (pekerja lepas) dan fulltimer (pekerja tetap). Berbicara mengenai kedua hal ini, muncul beragam stigma di masyarakat yang dominan menganggap freelancer sebagai profesi tak mapan dan tak punya jaminan masa depan. Apakah benar demikian? Mari kita kupas satu per satu.

Freelancer. Mendengar kata ini, persepsimu (jika berpola pikir negatif) mungkin akan dekat dengan gambaran seseorang yang hidupnya tak teratur, tak jelas, seenaknya, tak mau diatur. Namun, jika berpola pikir positif, persepsimu akan meloncat jauh menuju sosok seseorang yang bahagia, bebas dan mandiri. Pekerjaan freelancer merupakan jenis pekerjaan yang lebih fleksibel dan adjustable, bisa mengambil cuti/waktu liburan kapan saja, tidak terikat jam kantor, tidak memakan waktu untuk bekerja, bahkan para pekerja yang berkecimpung di dunia ini dapat melakukan beberapa jenis pekerjaan sekaligus. Namun, perlu dicatat, kelemahan dari freelancer yakni ketidakstabilan pemasukan serta tak ada tunjangan kesehatan, asuransi, bonus dan jatah cuti. Jadi, sukses bekerja sebagai seorang freelancer tergantung dari manajemen waktu dan kedisiplinan dirimu sendiri. Di balik itu semua, sebenarnya freelancer memiliki beragam kelebihan. Dari segi finansial, freelancer memiliki pendapatan yang lebih besar antara 20-80% dibandingkan dengan pekerja tetap. Dari segi pengalaman kerja, freelancer pasti memiliki segudang pengalaman karena cenderung menghadapi kesempatan kerja di sektor yang berbeda. Dari segi lokasi kerja, freelancer bisa memilih lokasi pekerjaan yang diinginkan sedangkan fulltimer harus mengikuti kebijakan dan penempatan dari perusahaan. Terakhir dari segi fleksibilitas, freelancer lebih punya waktu dibandingkan fulltime. Hal ini membuat freelancer lebih memiliki kebebasan untuk mengerjakan hobi, minat, bahkan aktivitas sosial spiritual.

Berikutnya fulltimer. Pekerjaan ini identik dengan rutinitas, hal yang monoton, tak bisa cuti semena-mena, pokoknya semua serba diatur (ini jika kamu berpola pikir negatif). Lain halnya jika kamu berpola pikir positif, fulltimer memiliki masa depan yang jelas, jaminan hari tua, asuransi dan kesehatan, dan yang paling penting ada pendapatan pasti di tiap bulannya. Catatan kecil saja, tak bisa dipungkuri bahwa kelemahan fulltimer memang tak bisa bekerja dan mengambil cuti seenaknya, mengharuskan konsistensi pekerja dalam perusahaan. Namun, pada kenyataannya freelancer juga menyimpan banyak kelebihan di antaranya dapat mengeksplorasi hal-hal baru, sebagai wadah mencurahkan dedikasi bahkan menempuh jenjang karir; yang jika beruntung, membawa pada jabatan/posisi yang tinggi pula.

Sejatinya, baik itu freelancer maupun fulltimer adalah pekerjaan yang sama-sama baik. Namun, apabila terkait hal cocok atau tidak, itu tergantung dari individu yang menjalani. Kepribadian, intelegensi, pengalaman, prinsip, lingkungan dan mindset merupakan beberapa faktor yang menentukan seseorang memilih bekerja sebagai freelancer atau fulltimer. Ada individu yang membutuhkan keteraturan, kepastian dan rutinitas dalam hidup, sehingga individu-individu dengan tipe kepribadian yang seperti ini lebih memilih bekerja sebagai fulltimer. Sedangkan ada pula individu yang tidak suka keterikatan, menyukai perubahan, cepat bosan dan tidak suka bekerja di satu tempat, sehingga tipe-tipe individu seperti ini lebih memilih profesi sebagai freelancer. Jadi, jika ada pendapat yang menyatakan freelancer itu profesi tak mapan, jangan lekas mengutarakan pendapat senada karena profesi itu seperti baju; berlaku relatif, cocok dipakai si A belum tentu cocok dipakai si B, si C, si D dst. Tergantung bagaimana individu tesebut menjalani dan menyikapi profesi pilihan mereka (mengingat tiap profesi punya risikonya sendiri). Ada individu yang pintar memanfaatkan kesempatan kerja freelancer sebagai peluang bisnis sekaligus memperluas link bisnis hingga menjadikannya orang yang mampu meraup penghasilan di atas gaji karyawan. Namun ada juga individu yang cerdas mengoptimalisasi potensi diri sebagai fulltimer sehingga ia menjabat kursi sebagai Direktur perusahaan. Namun tak jarang pula beberapa fulltimer merasa tercekik jam kerja sehingga karier pun kandas di tengah jalan. Nah, sudahkah kamu mengerti passion-mu dan memikirkan pekerjaan apa yang cocok untukmu selepas kuliah nanti? Tak ada salahnya jika kamu merancangnya kini.


dari wichan untuk studyinjogja.com

 

Senin, 21 Oktober 2013

Ibu, Praktisi Pendidikan Tunas Bangsa



Anak sebagai penerus bangsa merupakan investasi masa depan suatu negara. Praktisi pendidikan punya tanggungjawab besar dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Namun, sebelum anak mengenal pelajaran dan pengetahuan dari orang lain, peran mendidik lebih didominasi oleh orang tua dalam keluarga. Terlebih lagi sang ibu yang punya kontak batin dengan anak sejak dalam kandungan. Nilai-nilai agamis, sosial dan kemanusiaan juga dikenalkan pertama kali dalam lingkup keluarga. Oleh sebab itu, tak dapat dipungkiri lagi bahwa ibu memiliki peran vital dalam mendidik tunas bangsa.

Namun, kerapkali kita menemukan didikan yang tidak bertanggungjawab di luar sana. Entah itu lewat metode kekerasan fisik, umpatan, kurang perhatian hingga kelebihan kasih sayang. Tak jarang, perilaku-perilaku orang tua tersebut seringkali membunuh karakter anak. Repotnya lagi, karena orang tua itu terdiri dari ayah dan ibu maka masalah ini menjadi kian kompleks mengingat tiap pribadi punya pola pikir yang berbeda.

Saya bukan seorang guru sekalipun bersekolah di fakultas keguruan, saya juga bukan seorang psikolog sekalipun mencintai dunia psikologi, tapi saya tak buta mengamati, menelaah dan merefleksikan tiap perilaku orang dewasa di sekeliling saya dalam mendidik anak. Sadar atau tidak sadar, tiap tutur kata dan perilaku orang tua merupakan model serta pedoman anak dalam berperilaku.

Saya cukup miris melihat kasus-kasus negeri ini. Ada begitu banyak intelektual muda dengan beragam gelar menduduki tatanan pemerintahan dan memegang kendala kebijakan. Namun apa yang terjadi, mereka bak pedang bermata ganda; mampu menjaga pun pula mampu merusak. Sayangnya, persentase merusak lebih besar daripada persentase menjaga. Hingga bukan suatu hal yang mengherankan negeri ini makin bobrok dari hari ke hari.

Apa yang salah? Apakah pendidikan ini sebegitu bobroknya? Ada masalah apa di dalam keluarga hingga mencetak pribadi yang serakah? Semoga pertanyaan-pertanyaan ini tak hanya menjadi renungan saya saja, tapi juga kita semua sebagai pendidik, orang tua, orang dewasa dan calon orang tua di masa yang akan datang.

Sejatinya, anak lahir ke dunia bak kertas putih tak bernoda. Apa yang kita torehkan, apa yang kita ajarkan dan apa yang kita tuliskan akan membentuk karakter mereka. Selanjutnya, karakter itulah yang nantinya akan mereka gunakan dalam menyikapi suatu hal, menghadapi dunia dan bersosialisasi. Maka dari itu, mendidik itu bukan hal yang dapat kita lakukan sesuka hati dan semena-mena, tetapi harus sepenuh hati dan tak berleha-leha.

Berikut ini adalah beberapa hal yang ingin saya lakukan ketika saya menjadi seorang ibu suatu hari nanti agar anak saya bisa mandiri dan punya jiwa kepemimpinan:
    1.        Mengafirmasi diri saya sendiri bahwa saya itu guru pertama dan model utama anak.
Hal ini sebagai cambuk saya untuk menjadi orang tua yang melek informasi, wawasan dan pengetahuan sehingga dalam mendidik anak. Cambuk yang membuat saya tidak berpatokan dengan pengalaman masa lalu atau zaman dahulu, tapi lebih pada masa sekarang dan sifat anak itu sendiri. Selain itu, hal ini sebagai reminder saya mengaca diri apakah psikologi saya damai atau tidak, karena di luar sana ada begitu banyak orang tua yang berperilaku negatif kepada anak hanya sebagai pemuasan kekesalan emosi masa lalu.

    2.        Menerapkan sikap konsistensi dalam menyampaikan aturan dan menerapkan konsistensi.
Saya ingin jujur menjelaskan setiap aturan, kenapa harus ada aturan seperti itu seperti ini dan apa konsekuensi yang didapat jika dilanggar. Jika aturan tersebut berlaku di rumah, tentunya aturan tidak saya buat berdasarkan keputusan saya dan suami, tapi juga mengikutsertakan anak dalam menciptakan aturan. Dalam hal ini, saya melibatkan anak agar ia belajar bernegosiasi dan menjalin kesejahteraan tak hanya bagi dirinya sendiri tapi juga orang-orang di sekelilingnya (saya, suami, kakek, nenek atau mungkin anggota keluarga yang lain).

    3.        Melatih kemandirian, kreativitas dan inisiatif anak.
Jika anak dihadapkan pada masalah, saya tidak akan langsung turun tangan membantu dan menyelesaikan, tapi saya akan membiarkannya menyelesaikan masalahnya sendiri. Saya ingin melihat sejauh mana ia sudah mandiri, kreatif berfikir dan menciptakan inisiatif sendiri. Saya yakin jika anak mampu melakukan ini, ia akan belajar banyak hal yang tak akan mudah ia lupakan karena ia menemukan caranya sendiri mengatasi masalah. Kita orang tua hanya bertanggungjawab menuntun dan mengontrolnya saja.

    4.        Mengijinkan anak untuk bermain bersama teman-temannya dan belajar bersosialisasi.
Jika banyak orang tua takut anaknya begini begitu ketika bergaul dengan teman-temannya, mungkin saya akan berpikir sebaliknya. Dengan senang hati saya akan mengijinkan anak bermain dengan siapa saja agar ia mampu menelaah karakter individu, suku, status sosial, keyakinan, adat dan kebiasaan. Selanjutnya, anak akan menimbang dan menganalisa sendiri baik buruk suatu hal. Jangan terlalu khawatir dan membatasi pergaulan anak. Jika anak Anda sudah Anda bekali dengan nilai-nilai positif dari sejak dini, ia akan melesat sendiri bak anak panah. Intuisi akan selalu mengarahkannya memilih hal-hal yang positif.

    5.        Mengenalkannya pada tokoh-tokoh berpengaruh yang bisa memberikannya wawasan.
Pengenalan tokoh-tokoh hebat dan berpengaruh dapat dilakukan melalui media buku, video ataupun film. Lewat pengenalan ini, anak belajar sikap-sikap positif yang dimiliki oleh tokoh tersebut dan mengajarkannya tuk berani bermimpi dalam menggapai cita. Jika pengenalan tokoh tersebut memungkinkan tatap muka (misalnya tokoh masyarakat yang disegani), itu lebih baik karena anak akan melihat dan mengamatinya secara langsung.

    6.        Menumbuhkan cintanya akan tanah air.
Degradasi cinta akan tanah air melanda putra bangsa saat ini. Hingga bukan suatu hal yang mengherankan jika banyak orang lebih memilih luar negeri sebagai tujuan wisata, mencintai produk dan budaya asing (misalnya Korea, Amerika, Jepang) daripada negaranya sendiri. Bahkan, rasa bersalah pun tak ada ketika anak negeri ini melakukan tindak korupsi di negerinya sendiri. Nah, rasa cinta tanah air inilah yang ingin saya pupuk dalam diri anak saya nanti. Mengajaknya ke tempat-tempat sejarah, hal-hal terkait kultur bahkan lagu-lagu daerah dan nasional dapat dijadikan media memupuk cintanya akan tanah air. Cerita-cerita rakyat juga bisa dijadikan pilihan. Saya ingin anak saya punya pola pikir dan pandangan yang luas seperti negara-negara maju tapi tetap memiliki hati untuk negeri dan tanah tumpah darahnya sendiri. Dalam hal ini, saya ingin ia belajar tuk tak lekas lupa diri.

    7.        Mengajarkannya akan apa itu iman dan pengertian takut akan Tuhan.
Hal terkait kepercayaan dan mengakui adanya Tuhan (Pencipta semesta). Saya ingin mengenalkan sosok yang melukis bumi, yang mengajarkan cinta akan sesama manusia serta kunci dari setiap hati. Dengan begini, anak saya punya pedoman dan pegangan hidup di dunia. Sekalipun ia harus jatuh, ia tetap pribadi yang kuat karena berpegang teguh pada Pencipta, bukan saya, suami saya, atau pun siapa-siapa. Sehingga dalam berpikir, bertutur kata dan berperilaku ia punya rasa takut akan Tuhan yang adalah maha atas segala maha.

Itulah hal-hal kecil yang ingin saya lakukan dan terapkan jika nantinya saya menjadi orangtua. Mendidik memang tak semudah membalikan telapak tangan. Butuh perjuangan, refleksi, pemahaman dan kesabaran. Saya tak ingin menjadi orang tua yang menyesatkan, juga tak ingin menyetir kehidupan anak saya. Saya sebagai pendidik dan orang tua hanya dititipkan Tuhan untuk menjaga dan menuntun. Soal pilihan, cita-cita dan mau menjadi apa anak saya di kemudian hari, itu haknya sebagai manusia. Sekali lagi saya tegaskan, anak hanya titipan Tuhan, milik Tuhan bukan milik saya atau Anda.

Mengenai kepemimpinan, memang ada begitu banyak pemimpin cerdas di negeri ini, tapi sedikit pemimpin yang punya jiwa kepemimpinan, terlebih lagi untuk menjadi Servant Leader yang benar-benar melayani dan mumpuni. Jika anak diajarkan berterima kasih, menghormati, menghargai dan mengasihi sesama dari sejak dini, saya yakin anak Anda akan menjadi pemimpin sejati yang memiliki dedikasi dan integritas tinggi akan negeri. Negeri ini butuh pemimpin yang jauh dari sikap angkuh dan agresif, juga seorang pemimpin yang memiliki kesiapan mental untuk tak hanya menerima keberhasilan, tapi juga kegagalan. Mari berbuat suatu untuk negeri ini. #LombaBlogNUB




____________from wichan untuk http://nutrisiuntukbangsa.org