Sabtu, 06 Agustus 2016

Rajutan Mimpi Menjejak Karimunjawa

 
Karimunjawa
sumber : www.kumpulancerita.net
                                              

Jepara ternyata tak hanya tersohor dengan ukirannya, tapi juga kemolekan alamnya. Banyak pulau-pulau perawan eksotis di sekitarnya. Salah satunya yakni Karimunjawa. Siapa yang tidak mengenal pesona alam satu ini. Namanya tak kalah populer dari Bunaken, Pulau Dewata, dan Raja Ampat. Meskipun saya belum pernah ke sana, tapi pesona Karimunjawa dapat kita lihat berseliweran di sosmed. Ribuan orang berbondong-bondong untuk menjejakkan kaki ke tempat ini. Peminat wisata Karimunjawa pun beragam, mulai wisatawan lokal yang ingin menghabiskan waktu liburan hingga wisatawan mancanegara yang ingin menghabiskan musim panas.

Pertama kali menemukan kata Karimunjawa waktu kecil, saya sempat dibuat bingung sekaligus penasaran dengan kata  “karimun” dan nggak yakin bahwa pulau tersebut ada di daerah Jawa. Ternyata kata tersebut berasal dari kata “kremun” (Bahasa Jawa) yang artinya samar-samar. Sejak itu pula saya yakin ia terletak di Laut Jawa. Setelah menginjak remaja saya baru tahu sejarah lengkap Pulau Karimunjawa yang ternyata masih kental kaitannya dengan Kerajaan Jawa. Beberapa mitos pun masih dipercaya oleh masyarakat penghuni pulau tersebut. Salah satunya tentang Kayu Dewadaru yang apabila dibawa keluar dari kepulauan ini akan mendatangkan angin dan ombak besar yang akan menenggelamkan kapal-kapal yang sedang menyebrang. Believe it or not, but it exists. How great Our Creator is. Namun, hal ini tidak menjadikan saya takut dan menyurutkan niat saya untuk menjejakkan kaki ke daratan berpasir putih ini.

Terlahir di pulau dengan hamparan pasir putih dan gradasi biru laut Bangka, ternyata tak mampu menjadikan saya bosan menatap pantai. Tetap saja, saya selalu antusias jika menemukan pantai-pantai eksotik di Indonesia seperti Karimunjawa. Saya bermimpi suatu hari nanti bisa sampai ke wisata taman laut ini bersama sahabat-sahabat saya.

Ingin sekali rasanya blusukan ke Legon Lele yang katanya punya lele-lele tak berpatil. Kayak apa coba bentukan lelenya, pasti imut dan jinak kali ya. Lalu menuju ke penangkaran hiu di Pulau Menjangan Besar. Seumur-umur, saya hanya pernah makan daging hiu yang dijual di pasar-pasar ikan di tanah kelahiran saya, tapi belum pernah berendam bareng hiu-hiu. Wah, pasti menyenangkan bisa melihat wajah mereka dari dekat. Nggak bisa bayangin bagaimana adrenalin saya waktu nyemplung di air bareng hiu, pasti jadi pengalaman tak terlupakan. Saya juga ingin menjelajah pantai-pantai Karimunjawa seperti Pantai Barakuda dan Pantai Ujung Gelam yang pesonanya tak kalah dengan pantai-pantai di Bangka.

Penangkaran Hiu
sumber : tripbebas.wordpress.com
Tempat  lain yang ingin saya jelajah di Karimunjawa yakni area Tracking Hutan Mangrove. Saya ingin sampai ke atas menara di konservasi hutan mangrove agar dapat melihat kecantikan padang lamun Karimunjawa. Syukur-syukur kalau bisa bertemu dengan fauna endemik seperti Burung Delimun Zamrud atau ular edor yang katanya buta. Jika saya beruntung, mungkin akan mendapati burung migran seperti Trinil Bedaran dari China dan Kedidi Leher Merah dari Australia sedang singgah di sana atau melihat kupu-kupu Euploea crameri karimondjawaensis dan Idealeuconea karimondjawaensis yang merupakan endemik Karimunjawa. Yang pasti saya tak ingin melewatkan untuk melihat langsung 2 jenis bakau langka di Karimunjawa yakni Duduk (Scyphiphora hydrophyllacea) dan Betah (Exoccaria agallocha).


Tracking Mangrove
sumber :gpswisataindonesia.blogspot.com
Fauna endemik lain yang ingin saya lihat dari dekat yakni penyu hijau (Chelonia Mydas). Banyak buku mengatakan penyu ini menjadi hewan herbivora dengan memakan rumput laut ketika menginjak usia dewasa. Saya ingin melihat dengan mata kepala saya sendiri dan menyentuh langsung penjelajah laut satu ini di Karimunjawa, tak perlu jauh-jauh ke Galapagos. Saya juga ingin berdiri di Pulau Gosong; daratan kecil berpasir putih yang terletak di sekitar Karimunjawa.

Penyu Hijau
sumber : www.telusurindonesia.com
Pulau Gosong
sumber : www.travelmato.com

Menjejak langkah ke daratan Karimunjawa tak lengkap rasanya jika tidak melihat jejak-jejak sejarah pulau ini. Maka saya ingin menuju makam keponakan dari Sunan Muria yakni Amir Hasan di Desa Nyamplungan. Bukit Joko Tuo juga ingin saya telusuri, ingin melihat kerangka ikan raksasa Joko Tuo dan tasbih terbesar serta terberat yang tersusun alami di Bukit Juko Tuo.

Bukit Joko Tuo
sumber : jateng.tribunnews.com
Tempat terakhir yang tak kalah ingin saya kunjungi adalah Bukit Love di Dusun Jatikerep. Dari dulu saya selalu kagum dengan sculpture karya Robert Indiana ini. Beruntung ternyata juga ada di Indonesia, tak perlu jauh-jauh ke JFK Philadelphia atau New York City.

Bukit Love
sumber : www.yukpiknik.com
Hari-hari terakhir hanya akan saya isi dengan wisata kuliner makanan khas Bugis dan kuliner khas Karimunjawa seperti pindang serani dan srepeh. Pasti terasa nikmat menyantapnya sambil duduk-duduk di home stay atau wisma apung di sekitar wisata Karimunjawa. Barulah setelah itu saya blusukan ke Alun-Alun Karimunjawa melihat pohon kenari yang legendaris itu sembari menikmati siomay. That’s all. Selebihnya saya hanya ingin menatap lekat-lekat sunset Karimunjawa bersama sahabat-sahabat saya.

Pulang dari Karimunjawa, saya hanya ingin membawa foto dan cerita bagi siapa saja yang saya temui. Saya ingin mereka tahu bahwa Indonesia ini begitu menakjubkan. Hampir semua pelosok negeri ini menyimpan kilau mutiara. Tak terkecuali Karimunjawa ini. 

Karimunjawa selalu masuk daftar tujuan destinasi pertualangan saya menjelajah bumi Indonesia. Semoga ParadisoTour mampu mewujudkannya. Kalau tidak, saya tetap pada semboyan saya bahwa banyak jalan menuju Roma. Saya percaya suatu hari nanti pasti akan sampai ke sana juga. Saya hanya perlu terus berusaha dan tak berhenti berusaha. See you someday, Karimunjawa

Silakan buka video ini jika ingin melihat pesona Karimunjawa lebih dekat. Enjoy it ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar