Mahasiswa sebagai embrio penerus bangsa dididik dan dibentuk sedemikian rupa oleh para stakeholder
pendidikan negeri ini. Satu di antaranya yakni perguruan tinggi. Hampir
setiap perguruan tinggi di masing-masing provinsi memiliki visi misi
memajukan kecerdasan tunas bangsa guna menyiapkan mereka berperan aktif
bagi masyarakat dan negeri ini. Tridharma perguruan tinggi yang terdiri
dari pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat pun memiliki
tujuan krusial dalam membangun dan mendidik tunas bangsa. Pertama,
pendidikan. Dalam pokok pembahasan ini, mahasiswa dididik oleh para
praktisi pendidikan di suatu perguruan tinggi untuk mempelajari
pengetahuan. Mahasiswa diharapkan mampu memahami dan menguasai apa yang
sudah diajarkan para praktisi. Kedua, penelitian. Pengetahuan yang sudah
dipahami dan dikuasai oleh mahasiswa selanjutnya dikembangkan dengan
melakukan penelitian. Penelitian ini dilakukan bukan semata-mata untuk
kepentingan pribadi, melainkan untuk kepentingan banyak orang dan
perluasan pembangunan pendidikan; baik yang berdampak dalam jangka waktu
dekat maupun dalam jangka waktu panjang. Ketiga, pengabdian masyarakat.
Poin terakhir ini menitikberatkan pada sosialisasi. Pengetahuan dan
hasil penelitian yang dikembangkan dalam suatu civitas
akademik/perguruan tinggi selanjutnya diterapkan dalam kehidupan
bermasyarakat. Hal ini diharapkan mampu memberikan umpan balik dari
masyarakat sebagai bahan koreksi dan refleksi menuju pengembangan ilmu
pengetahuan yang lebih baik. Ketiga dharma ini merupakan pedoman
perguruan tinggi untuk melahirkan tunas-tunas bangsa yang berkualitas
mengingat pentingnya peran mereka bagi kemajuan negeri.
Tidak
dapat dipungkuri bahwa eksistensi mahasiswa dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara begitu nyata. Salah satunya sebagai ujung tombak
masyarakat. Sebagai penggerak masyarakat, mahasiswa dipercayai memiliki
kesempatan memajukan bangsa. Mengapa demikian? Karena mahasiswa dianggap
dan diyakini mampu untuk ambil andil dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Mahasiswa diyakini MAHAnya-SISWA yang memiliki karakter yang
kuat, mampu berpikir logis, kritis dan realistis, memiliki psikologi
yang matang, attitude yang sopan, wawasan dan pengetahuan yang
luas, semangat muda yang berapi-api, pikiran kreatif dan diyakini mampu
menciptakan berbagai opini, solusi dan inovasi.
Mahasiswa
juga berperan sebagai lokomotif dan agen perubahan. Sejarah bangsa ini
mencatat bahwa mahasiswa merupakan pendrobrak kepemimpinan militer. Hal
ini terbukti ketika lengsernya pemerintahan Soeharto di masa orde baru
berganti reformasi.
Peranan
mahasiswa terhadap perubahan bangsa ini ekuivalen dengan peranan
mahasiswa dalam mengatasi masalah bangsa. Sekalipun bukan lagi rahasia
publik bahwa politik negeri ini terlampau kotor. Namun, mahasiswa
diharapkan memiliki cara pikir yang terbuka dalam menyikapi permasalahan
ini. Mahasiswa diharapkan tidak mengambil sikap apatis dan brutal dalam
menyikapi penyimpangan-penyimpangan politik yang kerapkali terjadi.
Anak bangsa bumi pertiwi ini wajib memahami dan mempelajari politik agar
tidak mudah terkecoh dan terbodohi pencitraan berbagai kalangan elite
politik.
Mengingat
posisi mahasiswa yang belum masuk ke dalam lingkaran birokrasi
pemerintahan, tentunya mahasiswa belum berhak untuk melakukan perubahan
di pemerintahan. Mahasiswa tak memiliki kekuatan hukum untuk mengadili
dan menyeret tersangka kasus korupsi, mahasiswa tak berhak melengserkan
jabatan menteri yang terbukti lalai menjalankan tugas dan tak
berdedikasi. Tapi sebagai rakyat dan ujung tombak masyarakat, mahasiswa
memiliki kekuatan besar untuk menyuarakan aspirasi rakyat sekaligus
penengah relasi antara rakyat dengan pemerintah.
Oleh
sebab itu, sebagai individu yang dewasa mahasiswa harus mampu mengelola
mental emosional dengan baik agar menifestasi akibat tekanan/beban
kuliah tidak negatif. Tidak hanya itu, mahasiswa juga harus memilki
kemampuan berpikir untuk lebih menghargai orang lain, menjunjung tinggi
etika, fokus dalam satu bidang, mensintesis informasi dan berpikir
kreatif dalam menghadapi era modernisasi dan globalisasi. Fokus satu
bidang di sini harus disadari; mengingat keterbatasan manusia yang tidak
bisa menguasai semua hal. Jika seorang mahasiswa tahu kelebihan diri
dan mampu mengelola itu, hal itu akan menjadi point plus yang
membedakan dirinya dengan orang lain ketika ia menghadapi dunia kerja
dan era globalisasi. Sikap mampu menghargai pun tak akan membuat
mahasiswa yang kelak kan menjadi sarjana untuk sikutan sana-sini ketika
berkecimpung di dunia kerja.
Sebagai
seorang pribadi intelektual dan dewasa, mahasiswa juga diharuskan mampu
mensintesis informasi. Mahasiswa diwajibkan mampu menyaring dan
menelaah lebih lanjut setiap berita dan informasi publik agar tahu
membedakan mana informasi yang kredibel, mana yang bias. Selanjutnya,
mahasiswa tidak akan mudah tersulut api yang hanya akan menguntungkan
individu-individu tertentu.
Seperti
banyaknya realita yang marak terjadi di bumi pertiwi. Menanggapi
kebijakan-kebijakan dan keputusan-keputusan pemerintah, mahasiswa
cenderung mengambil sikap anarkis untuk informasi-informasi mereka yang
parsial. Pikiran mahasiswa seolah stagnan di titik tertentu hingga
logika seolah enggan melaju. Pikirkan saja, menyikapi desas-desus
keputusan pemerintah menaikkan harga BBM mahasiswa melakukan aksi protes
di jalanan. Kaum yang dianggap berintelek ini meluncurkan aksi demo di
berbagai SPBU. Bisa bayangkan apa dampak perbuatan mereka? Jalanan macet
total, produktivitas masyarakat positif terganggu, dimana-mana orang
mengeluh dan meningkatkan emosi jiwa yang menyulut pertikaian. Mahasiswa
yang memprotes kebijakan naiknya harga BBM sibuk menyuarakan kebijakan
tersebut akan merugikan rakyat kecil. Tidakkah mereka tahu aksi mereka
di jalanan juga mengakibatkan kemacetan panjang yang memboroskan bahan
bakar? Ini kan aksi bodoh.
Aksi
serupa juga tak kalah hebat. Menanggapi berita dan kenyataan negeri
bahwa pribadi-pribadi yang menduduki singgasana kabinet dan kader
politik terbukti melakukan tindak korupsi, mahasiswa datang ke
pusat-pusat pemerintahan, melemparkan rudal batu pada tiap-tiap jendela
kaca, menghancurkan meja kursi dan semua benda yang mereka jumpai demi
pelampiasan emosi. Tidakkah mereka tahu, semua benda inventaris
pemerintah itu dibeli menggunakan uang mereka, uang rakyat? Bukankah ini
tindakan yang bodoh? Berdalih membela bumi pertiwi tapi menerapkan aksi
brutal yang merugikan negeri sendiri. Tolong jangan pernah lupa bahwa
mahasiswa merupakan teladan bagi pelajar-pelajar TK, SD, SMP dan SMA.
Tanpa
melakukan tindakan anarkis, mahasiswa sebenarnya bisa membantu
mengatasi permasalahan bangsa dengan mengkritisi pemerintah; memberikan
opini dan solusi yang dapat dipertanggungjawabkan. Mahasiswa dapat turun
langsung dan berkecimpung sebagai aktivis di lembaga-lembaga kecil.
Mahasiswa juga dapat aktif ikut serta dalam kegiatan kemahasiswaan.
Melalui lembaga kemahasiswaan ini, mahasiswa perguruan tinggi yang satu
dengan yang lainnya dapat bekerjasama mengkritisi tiap masalah yang
terjadi di tanah air, yang selanjutnya dapat disampaikan dengan mengirim
surat pada presiden atau pihak yang berwenang. Belajarlah jadi
mahasiswa yang tak hanya pandai berdiplomasi tapi juga pandai
bernegosiasi. Lakukan protes dan kritikan yang elegan karena mahasiswa
itu berPENDIDIKAN. Berhubung saat ini zamannya reformasi dan hukum di
negeri ini kian tak pasti. Belajarlah jadi polisi bagi diri sendiri agar
mampu mengontrol emosi dan lebih tahu diri. Hal lain yang juga dapat
dilakukan oleh mahasiswa guna meringankan dan sedikit mengatasi
permasalahan bangsa ini adalah dengan berprestasi. Dengan memberikan
berbagai pencapaian; sebut saja menjuarai kompetisi internasional,
mahasiswa sudah mampu mengubah image dan citra negeri yang terlanjur buruk di mata negara lain.
Menyikapi
permasalahan negeri tak cukup hanya dengan berspekulasi, tapi juga
dengan beraksi. Seperti yang dikatakan oleh penggiat kaum muda; Panji
Pragiwaksono, bahwa anak muda tak cukup hanya menuntut dan menyuarakan
perubahan, tetapi juga harus melakukan perubahan. Diplomat muda Santo
Darmosumarto juga berpesan bahwa generasi muda harus berani masuk ke
dalam sistem untuk memperbaiki keadaan bangsa ini. Tentunya dengan
dilandasi oleh nilai-nilai kejujuran serta integritas yang tinggi untuk
tuan yang sama yakni sang demos (rakyat).
______dari wichan untuk LAPMI HMI Depok_______
Tidak ada komentar:
Posting Komentar