Jumat, 27 September 2013

___Sang Laskar Negeri___

Mahasiswa sebagai embrio penerus bangsa dididik dan dibentuk sedemikian rupa oleh para stakeholder pendidikan negeri ini. Satu di antaranya yakni perguruan tinggi. Hampir setiap perguruan tinggi di masing-masing provinsi memiliki visi misi memajukan kecerdasan tunas bangsa guna menyiapkan mereka berperan aktif bagi masyarakat dan negeri ini. Tridharma perguruan tinggi yang terdiri dari pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat pun memiliki tujuan krusial dalam membangun dan mendidik tunas bangsa. Pertama, pendidikan. Dalam pokok pembahasan ini, mahasiswa dididik oleh para praktisi pendidikan di suatu perguruan tinggi untuk mempelajari pengetahuan. Mahasiswa diharapkan mampu memahami dan menguasai apa yang sudah diajarkan para praktisi. Kedua, penelitian. Pengetahuan yang sudah dipahami dan dikuasai oleh mahasiswa selanjutnya dikembangkan dengan melakukan penelitian. Penelitian ini dilakukan bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, melainkan untuk kepentingan banyak orang dan perluasan pembangunan pendidikan; baik yang berdampak dalam jangka waktu dekat maupun dalam jangka waktu panjang. Ketiga, pengabdian masyarakat. Poin terakhir ini menitikberatkan pada sosialisasi. Pengetahuan dan hasil penelitian yang dikembangkan dalam suatu civitas akademik/perguruan tinggi selanjutnya diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini diharapkan mampu memberikan umpan balik dari masyarakat sebagai bahan koreksi dan refleksi menuju pengembangan ilmu pengetahuan yang lebih baik. Ketiga dharma ini merupakan pedoman perguruan tinggi untuk melahirkan tunas-tunas bangsa yang berkualitas mengingat pentingnya peran mereka bagi kemajuan negeri.

Tidak dapat dipungkuri bahwa eksistensi mahasiswa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara begitu nyata. Salah satunya sebagai ujung tombak masyarakat. Sebagai penggerak masyarakat, mahasiswa dipercayai memiliki kesempatan memajukan bangsa. Mengapa demikian? Karena mahasiswa dianggap dan diyakini mampu untuk ambil andil dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Mahasiswa diyakini MAHAnya-SISWA yang memiliki karakter yang kuat, mampu berpikir logis, kritis dan realistis, memiliki psikologi yang matang, attitude yang sopan, wawasan dan pengetahuan yang luas, semangat muda yang berapi-api,  pikiran kreatif dan diyakini mampu menciptakan berbagai opini, solusi dan inovasi.

Mahasiswa juga berperan sebagai lokomotif dan agen perubahan. Sejarah bangsa ini mencatat bahwa mahasiswa merupakan pendrobrak kepemimpinan militer. Hal ini terbukti ketika lengsernya pemerintahan Soeharto di masa orde baru berganti reformasi.

Peranan mahasiswa terhadap perubahan bangsa ini ekuivalen dengan peranan mahasiswa dalam mengatasi masalah bangsa. Sekalipun bukan lagi rahasia publik bahwa politik negeri ini terlampau kotor. Namun, mahasiswa diharapkan memiliki cara pikir yang terbuka dalam menyikapi permasalahan ini. Mahasiswa diharapkan tidak mengambil sikap apatis dan brutal dalam menyikapi penyimpangan-penyimpangan politik yang kerapkali terjadi. Anak bangsa bumi pertiwi ini wajib memahami dan mempelajari politik agar tidak mudah terkecoh dan terbodohi pencitraan berbagai kalangan elite politik.

Mengingat posisi mahasiswa yang belum masuk ke dalam lingkaran birokrasi pemerintahan, tentunya mahasiswa belum berhak untuk melakukan perubahan di pemerintahan. Mahasiswa tak memiliki kekuatan hukum untuk mengadili dan menyeret tersangka kasus korupsi, mahasiswa tak berhak melengserkan jabatan menteri yang terbukti lalai menjalankan tugas dan tak berdedikasi. Tapi sebagai rakyat dan ujung tombak masyarakat, mahasiswa memiliki kekuatan besar untuk menyuarakan aspirasi rakyat sekaligus penengah relasi antara rakyat dengan pemerintah.

Oleh sebab itu, sebagai individu yang dewasa mahasiswa harus mampu mengelola mental emosional dengan baik agar menifestasi akibat tekanan/beban kuliah tidak negatif. Tidak hanya itu, mahasiswa juga harus memilki kemampuan berpikir untuk lebih menghargai orang lain, menjunjung tinggi etika, fokus dalam satu bidang, mensintesis informasi dan berpikir kreatif dalam menghadapi era modernisasi dan globalisasi. Fokus satu bidang di sini harus disadari; mengingat keterbatasan manusia yang tidak bisa menguasai semua hal. Jika seorang mahasiswa tahu kelebihan diri dan mampu mengelola itu, hal itu akan menjadi point plus yang membedakan dirinya dengan orang lain ketika ia menghadapi dunia kerja dan era globalisasi. Sikap mampu menghargai pun tak akan membuat mahasiswa yang kelak kan  menjadi sarjana untuk sikutan sana-sini ketika berkecimpung di dunia kerja.

Sebagai seorang pribadi intelektual dan dewasa, mahasiswa juga diharuskan mampu mensintesis informasi. Mahasiswa diwajibkan mampu menyaring dan menelaah lebih lanjut setiap berita dan informasi publik agar tahu membedakan mana informasi yang kredibel, mana yang bias. Selanjutnya, mahasiswa tidak akan mudah tersulut api yang hanya akan menguntungkan individu-individu tertentu.

Seperti banyaknya realita yang marak terjadi di bumi pertiwi. Menanggapi kebijakan-kebijakan dan keputusan-keputusan pemerintah, mahasiswa cenderung mengambil sikap anarkis untuk informasi-informasi mereka yang parsial. Pikiran mahasiswa seolah stagnan di titik tertentu hingga logika seolah enggan melaju. Pikirkan saja, menyikapi desas-desus keputusan pemerintah menaikkan harga BBM mahasiswa melakukan aksi protes di jalanan. Kaum yang dianggap berintelek ini meluncurkan aksi demo di berbagai SPBU. Bisa bayangkan apa dampak perbuatan mereka? Jalanan macet total, produktivitas masyarakat positif terganggu, dimana-mana orang mengeluh dan meningkatkan emosi jiwa yang menyulut pertikaian. Mahasiswa yang memprotes kebijakan naiknya harga BBM sibuk menyuarakan kebijakan tersebut akan merugikan rakyat kecil. Tidakkah mereka tahu aksi mereka di jalanan juga mengakibatkan kemacetan panjang yang memboroskan bahan bakar? Ini kan aksi bodoh.

Aksi serupa juga tak kalah hebat. Menanggapi berita dan kenyataan negeri bahwa pribadi-pribadi yang menduduki singgasana kabinet dan kader politik terbukti melakukan tindak korupsi, mahasiswa datang ke pusat-pusat pemerintahan, melemparkan rudal batu pada tiap-tiap jendela kaca, menghancurkan meja kursi dan semua benda yang mereka jumpai demi pelampiasan emosi. Tidakkah mereka tahu, semua benda inventaris pemerintah itu dibeli menggunakan uang mereka, uang rakyat? Bukankah ini tindakan yang bodoh? Berdalih membela bumi pertiwi tapi menerapkan aksi brutal yang merugikan negeri sendiri. Tolong jangan pernah lupa bahwa mahasiswa merupakan teladan bagi pelajar-pelajar TK, SD, SMP dan SMA.

Tanpa melakukan tindakan anarkis, mahasiswa sebenarnya bisa membantu mengatasi permasalahan bangsa dengan mengkritisi pemerintah; memberikan opini dan solusi yang dapat dipertanggungjawabkan. Mahasiswa dapat turun langsung dan berkecimpung sebagai aktivis di lembaga-lembaga kecil. Mahasiswa juga dapat aktif ikut serta dalam kegiatan kemahasiswaan. Melalui lembaga kemahasiswaan ini, mahasiswa perguruan tinggi yang satu dengan yang lainnya dapat bekerjasama mengkritisi tiap masalah yang terjadi di tanah air, yang selanjutnya dapat disampaikan dengan mengirim surat pada presiden atau pihak yang berwenang. Belajarlah jadi mahasiswa yang tak hanya pandai berdiplomasi tapi juga pandai bernegosiasi. Lakukan protes dan kritikan yang elegan karena mahasiswa itu berPENDIDIKAN. Berhubung saat ini zamannya reformasi dan hukum di negeri ini kian tak pasti. Belajarlah jadi polisi bagi diri sendiri agar mampu mengontrol emosi dan lebih tahu diri. Hal lain yang juga dapat dilakukan oleh mahasiswa guna meringankan dan sedikit mengatasi permasalahan bangsa ini adalah dengan berprestasi. Dengan memberikan berbagai pencapaian; sebut saja menjuarai kompetisi internasional, mahasiswa sudah mampu mengubah image dan citra negeri yang terlanjur buruk di mata negara lain.

Menyikapi permasalahan negeri tak cukup hanya dengan berspekulasi, tapi juga dengan beraksi. Seperti yang dikatakan oleh penggiat kaum muda; Panji Pragiwaksono, bahwa anak muda tak cukup hanya menuntut dan menyuarakan perubahan, tetapi juga harus melakukan perubahan. Diplomat muda Santo Darmosumarto juga berpesan bahwa generasi muda harus berani masuk ke dalam sistem untuk memperbaiki keadaan bangsa ini. Tentunya dengan dilandasi oleh nilai-nilai kejujuran serta integritas yang tinggi untuk tuan yang sama yakni sang demos (rakyat).


______dari wichan untuk LAPMI HMI Depok_______

Tidak ada komentar:

Posting Komentar