Aku sering melihat ia dan teman2 sepermainannya, sering melihat ia
bermain dengan Mbon dan Robby, tapi baru kali itu aku berkenalan
dengannya. Aku lupa siapa namanya, anak remaja 17 tahun itu berkata,
“pengangguran yang sukses itu pengangguran yang cukup bisa makan.” Entah
ia berkata karena melihat berbagai eskalasi pengangguran, frustasi
menghadapi realitas duniawi atau bagaimana, aku tersenyum dalam hati
menanggapi pernyataannya. Sekalipun hidup di luar itu keras, hatinya
belum tercemar limbah distorsi. Di becak yang diam itu ia mewarnai dan
berkreasi dengan selembar kertas gambar di tangan. Ia goreskan pensil
warna-warni di lembar kertas gambar layaknya mewarnai mimpi hidupnya
yang hitam putih jadi sedikit berwarna. Dari anak ini tiba-tiba ku
teringat ilmu bengkuang…yang tetap putih bersih di dalam sekalipun tanah
itu hitam, kotor. Lalu obrolan anak remaja ini, Robby dan kak Berlin
semarak bersamaan lembayung yang kian menua…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar