Populasi
pohon pisang yang makin langka di Banyuwangi menjadikan kota ini tak
lagi dikenal sebagai Kota Pisang. Berbagai sebutan pun bermunculan
seperti Kota Blambangan, Kota Banteng, Kota Gandrung dan The Sunrise of
Java. Bagi Anda yang tak mengenal Banyuwangi, mungkin kota ini akan
terdengar asing di telinga. Kota ini merupakan kabupaten terluas kedua
setelah Bangkalan di Jawa Timur. Jika Anda pernah mendengar cerita
Damarwulan dan Minakjinggo masing-masing mewakili kerajaan Blambangan
dan Majapahit atau Alas Purwo, pasti Anda tahu sedikit hal tentang
Banyuwangi.
Nama
Banyuwangi itu sendiri berasal dari legenda seorang istri yang rela
dibunuh untuk menunjukan kejujuran, kesucian dan kesetiaan cintanya
kepada sang suami. Konon Raja Prabu Sulahkromo memfitnah Sri Tanjung
(sang istri) telah berbuat serong dengan dirinya. Mendengar berita
tersebut, Patih Sidopekso (sang suami) murka, menyeret Sri Tanjung ke
tepi sungai yang keruh dan kumuh serta hendak menghabisinya. Sedih
karena sang suami lebih mempercayai perkataan sang raja daripada
dirinya, sebelum dibunuh Sri Tanjung mengajukan permintaan bahwa setelah
dibunuh, ia ingin jasadnya diceburkan ke dalam air sungai. Apabila
darahnya membuat air sungai tersebut berbau busuk berarti ia telah
berbuat serong dengan sang raja, namun pabila darahnya membuat air
sungai berbau harum berarti ia tidak bersalah. Akhir cerita, Patih
Sidopekso menyesal ketika mendapati air tersebut menyebarkan bau wangi.
Begitulah asal-usul Banyuwangi; terlahir dari bukti cinta istri kepada
suami.
Tiap
daerah di penjuru nusantara memiliki lukisan alam yang mempesona,
begitu juga dengan Banyuwangi. Kota ini dikelilingi beragam objek wisata
alam yang tak kalah cantik dengan wisata alam daerah lainnya. Mari kita
kenali satu per satu.
1. Kawah Ijen
Kawah
berwarna hijau toska ini memiliki tingkat keasaman tinggi di dunia
yaitu ph 0,5 dengan belerang yang berada dalam sulfat ara yang begitu
dalam. Jika mendaki Kawah Ijen, Anda akan menjumpai Pondok Bunder
(dibangun saat pemerintahan Belanda). Semua pengangkut belerang selalu
berkumpul di sini untuk menerima secarik kertas uang atas jerih payah
kerjanya.
2. Pantai Sukamade
Pantai
ini terkenal sebagai kawasan pengembangan penyu. Berkunjung ke
Sukamade, biasanya akan dibimbing oleh Pembimbing yang berpengalaman
untuk melihat aktivitas penyu. Penyu betina mampu menghasilkan ratusan
telur yang diletakan di bibir pantai. Biasanya penyu-penyu mulai
bertelur pukul 7.30 malam dan kembali ke pantai pada jam 12.00 malam.
3. G-Land
Terletak
di taman Nasional Alas Purwo. Kata “G-land” diambil dari teluk Grajagan
dan Green (Anda akan melihat keindahan alam yang masih alami jika
berada di kawasan Pantai Plengkung). G-Land digemari wisatawan asing dan
surfer-surfer karena ombaknya yang mencapai ketinggian 5m. Biasanya
bulan terbaik bagi surfer adalah bulan Mei dan Oktober.
4. Bedul
Objek
wisata ini terletak di Tegaldimo; 1,5 km dari kota Banyuwangi. Hutan
mangrove luas yang masih perawan berada di sini. Berbagai fauna seperti
kijang dan harimau juga ada di sini.
5. Pulau Merah
Pulau
ini berada di tengah-tengah G-Land dan Sukamade di kecamatan
Pesanggaran. Dinamakan Red Island karena terdapat bukit kecil di tengah
laut seperti pulau dan tanah bukit kecil ini berwarna merah. Berbagai
kompetisi surfing sering diasakan di pulau ini.
6. Pulau Tabuhan
Letaknya
di Desa Brangsing, Kecamatan Wongsorejo; 20 km dari Banyuwangi. Alam
laut tabuhan mempresentasikan keindahan pesona bawah laut. Airnya yang
begitu jernih membuatnya jadi tujuan scuba diving. Pasir putih, batu
karang, koral, mercusuar dan burung camar siap menemani Anda
bereksplorasi.
7. Pantai Rajegwesi
Terbentuk
dari endapan lumpur yang dibawa sungai yang meluap saat banjir, membuat
pasir pantai ini bukan berwarna hitam atau putih melainkan cokelat.
Rajegwesi termasuk dalam Taman nasional Meru Betiri serta tempat
penetasan penyu.
8. Pantai Grajagan
Pantai ini masih bagian dari Taman Nasional Alas Purwo dan merupakan pintu masuk menuju Plengkung.
9. Taman Nasional Alas Purwo
Terletak
di Semenanjung Blambangan, Kecamatan Tegaldimo, Kabupaten Purwoharjo.
Dengan luas 43. 420 ha, taman nasional ini memiliki 3 zona yakni Zona
Inti (Sanctuary Zone), Zona Rimba (Wilderness Zone) dan Zona Penyangga
(Buffer Zone). Banteng, penyu hijau, burung merak, kucing bakau dan ayam
butan dapat Anda temukan di sini.
10. The Savana Sadengan
Masih
amsuk dalam teritori Taman nasional Alas Purwo, padang rumput ini
terbentuk akibat kerusakan hutan. Di sini terdapat pos pemantauan tiga
lantai, jadi pengunjung dapat melihat dan mengamati aktivitas satwa liar
dari ketinggian.
11. Pantai Ngagelan
Terletak
8 km dari Banyuwangi, pantai ini memberikan pesona budidaya penyu
seperti Pantai Sukamade. Jenis penyu yang dominan mendarat di panatai
ini adalah penyu abu-abu/penyu lekang. Pnati ini juga menjadi tujuan
utama para peneliti.
12. Watu dodol
Dinamakan
watu dodol karena ditemukan seonggok batu besar di tengah jalan dan
menjadikan tanda keberadaan pantai ini. Di pantai ini terdapat Gua
Jepang peninggalan PD II. Letak pantai ini di kecamatan Kalipuro;
perlintasan jalur Banyuwangi dan Situbondo.
13. Muncar
Merupakan
pelabuhan ikan terbesar kedua setelah Bagan Si Api-Api. Pelabuhan ini
menghadap ke Selat Bali. Sayangnya berbagai pencemaran lingkungan mulai
marak terjadi di Muncar, mulai dari minimnya instalasi pengolahan air
limbah, terkontaminasi zat kimia maupun overfishing.
14. Blimbingsari
Mendengar
nama Blimbingsari mungkin Anda akan dibuat bingung apakah ini nama
pantai atau nama pantai. Blimbingsari juga merupakan lapangan udara
Banyuwangi. Namun yang ingin saya bahas di sini adalah pantai. Pantai
Blimbignsari terkenal dengan ikan bakarnya yang lezat.
15. Pancur
Pancur
merupakan nama sebuah pantai. Di pantai ini terdapat air tawar kecil
mengucur. Sangat cocok untuk berkemah dan bersantai karena keteduhannya.
16. Taman Nasional Baluran
Berada
di jalan utama perbatasan Situbondo-Banyuwangi, tepat di jalan Raya
Situbondo-Banyuwangi. Karena antara bulan April-Oktober padang rumput di
sini mengering, Baluran sering dijuluki “Africa van Java”. Ada pula
yang menyebut Baluran miniatur hutan Indonesia sebab hampir seluruh tipe
hutan ada di sini.
17. Taman Nasional Meru Betiri
Taman
nasional ini dikenal dengan hutan tropis, sungai yang aduhai,
keanekaragaman satwa liar, serta ekosistem mangrove. Topografi taman
nasional ini dikelilingi bukit-bukit tebing yang curam. Bunga raflesia
pun terdapat di taman ini.
Selain
wisata-wisata alam di atas, Banyuwangi juga menyimpan beragam wisata
budaya dengan unsur-unsur etnis, tradisi dan adat-istiadat yang
tergabung di dalamnya, seperti:
1. Tari Gandrung
Tari
ini dibawakan sebagai perwujudan rasa syukur masyarakat setiap usai
masa panen. Tarian ini berasal dari keterpesonaan masyarakat Blambangan
pada dewi Sri (Dewi Padi). Tarian ini dibawakan oleh sepasang penari
yaitu penari perempuan sebagai penari utama/penari gandrung dan seorang
laki-laki yang biasa langsung diajak menari; yang biasanya disebut paju.
2. Tari Seblang
Terdiri
dari dua jenis yaitu Seblang Olehsari dan Seblang Bakungan Merupakan
ritual tradisional suku Osing. Tarian-tarian ini sebagai wujud ucapan
syukur dan tolak bala agar desa tetap aman dan tentram.
3. Kebo-keboan
Ritual
ini dipercaya sebagai ajak tolak bala dan keberuntungan bagi
Banyuwangi. Semua panganan diletakan di atas tikar, didoakan oleh Kyai
lalau selanjutnya dibagi-bagi kepada masyarakat. Ritual ini kemudian
dilanjutkan dengan acara Ider Bumi (mengelilingi kampung mulai dari
hilir menuju ke hulu kampung).
4. Jaranan Buto
Mirip
kuda lumping atau reog Ponoroggo, tapi jaranan buto berbahan lulang
(kulit hewan seperti sapi/kerbau) dan bentuknya tidak seperti kuda
melainkan seperti badan dan kepala buto (raksasa).
5. Barong
Hampir serupa dengan Tari Barong Bali. Barong adalah simbol kebersamaan bagi masyarakat Osing.
6. Gedogan
Tari
ini diadakan setelah menumbuk beras setelah acara hajatan. Masyarakat
biasanya beramai-ramai membunyikan peralatan penumbuk beras seperti alu,
lesung dan lumping yang menimbulkan suara musik tradisional.
Selain
budaya dan kesenian-kesenian di atas, di lingkup pertanian kota ini
juga menjajakan pesona hubungan kekerabatan manusia dengan dunia
tumbuh-tumbuhan. Perkebunan Malang dan luasnya sawah akan memanjakan
mata Anda dari hiruk-pikuk dunia fana. Perkebunan ini terletak di
sebelah selatan; 12 km dari Kalibaru. Di sini Anda akan melihat
perkebunan kopi Robusta. Produksi kopi terbaik di sini dikenal dengan
nama Lanang Malangsari.
Layaknya
Yogyakarta yang meninggalkan jejak-jejak sejarah kota dan perjuangan
pahlawan di masa penjajahan, Banyuwangi juga menyimpan wisata religi dan
sejarah meliputi Banyuwangi City Townhall, Sri Tanjung City Park, Maqom
Waliullah Datuk Abdurahim, British Quarter, Hoo Tong Bio dan Pura Agung
Blambangan.
Kekayaan
Banyuwangi yang dapat Anda eksplor lainnya yakni kerajinan tangan.
Budaya, tradisi dan adat-istiadat melahirkan seni dalam bentuk
goresan-goresan tangan yang tertuang dalam rupa kain batik, di antara
motif Batik Gajah Oling, Sembur Cacing, Paras Gempal, kangkung
Setingkes, Gringsing Ukel dan Moto Pitek. Ada pula kerajinan kayu
seperti mosaic, guci, vas, asbak, dekorasi dinding, mangkok, paatung,
relief, bubut kayu untuk dijadikan pilihan cinderamata yang tersebar di
daerah Giri, Klatak, banjarsari, Tampo dan kaligondo (Pesanggaran).
Bahkan, jika Anda mengunjungi Kelurahan Singotrunan Jl. Kerinci No 11
Banyuwangi, Anda akan menemukan berbagai macam produksi pisau komando
dan pisau khas tradisional seperti rencong, kujang, campurian dan
Mandau. Tak berhenti sampai di situ, pengrajin perak juga tersebar di
beberapa wilayah di kota ini seperti Bapak Saiful Bachri di Dusun Krajan
Desa Dasri Kec. Tegalsari. masih di kecamatan yang sama, terdapat pula
industri kompor minyak yang masih berproduksi sampai sekarang.
Berkunjung ke Banyuwangi belum sah jika belum mencicipi berbagai
makanan tradisional dan makanan khas Banyuwangi, apalagi bagi Anda yang
mengaku diri kuliner lovers.
1. Kue Bagiak
Kue
sepanjang jari telunjuk orang dewasa ini terbuat dari tepung susu dan
susu yang kemudian dioven hingga kering. Sekilas serupa Bagelen. Terdiri
dari berbagai pilihan rasa mulai dari durian, kacang, stoberi,
keningar, wijen, jahe dan nangka. harganya bervariasi, mulai dari Rp
6.000 – Rp 40.000/kotak.
2. Sego Cawuk/ Sego Janganan
Makanan
favorit Syekh Siti Jenar (salah satu sufi penyebar agama Islam di Pulau
Jawa) yang terdiri dari nasi dengan sayur yang terbuat dari kelapa
diparut dengan sambal/gecko ini sangat cocok untuk dijadikan menu
sarapan.
3. Sale Pisang
Selain
di Lampung, sale pisang juga dikenal di Banyuwangi. Sale di sini
terdiri dari dua jenis yakni sale pisang gorang tepung dan molen sale
pisang.
4. Rujak Bakso
Kuliner
Banyuwangi satu ini merupakan campuran rujak cingur dan bakso. Rujak
disajikan terlebih dahulu lalu disiram dengan kuah bakso.
5. Rujak Soto
Berdasarkan
namanya rujak soto jelas terlihat seperti rujak yang dicampur soto. Ya,
begitulah. Bedanya, rujak di sini bukan terdiri dari buah-buahan
melainkan sayur-sayuran, lontong yang dicampur bumbu kacang—mirip dengan
lotek atau gado-gado—kemudian disiram dengan kuah soto berisikan kulit
sapi. Biasanya paling mantap dijadikan menu makan siang dengan kisaran
harga Rp 8.000/porsi.
6. Sego Tempong
Kata
“templong” berarti “menampar”. Dalam hal ini, rasa pedas sambal kuliner
satu ini akan membuat wajah serasa ditampar. Terdiri dari berbagai
jenis sayuran, ikan asin, perkedel jagung dan tentunya sambal. Satu
porsi kuliner satu ini seharga Rp 5.000,-
7. Pecel Rawon
Hampir
sama seperti rujak soto. Bedanya kuliner satu ini bukan disiram kuah
soto tapi kuah rawon daging. Jika rujak soto menggunakan lontong, pecel
rawon menggunakan nasi. Satu porsi pecel rawon dihargai Rp 10.000,-
Nah,
banyak bukan hal-hal yang dapat kita eksplor dari Banyuwangi? Segeralah
berkunjung ke timur Pulau Jawa ini. Jangan menyebut diri Anda traveler
sejati sebelum mengenal Banyuwangi. Kenali dan jelajahi dulu negeri
sendiri sebelum menjelajahi luar negeri. Mari mengenal dan mencintai
bumi pertiwi.