Jepara ternyata tak hanya
tersohor dengan ukirannya, tapi juga kemolekan alamnya. Banyak pulau-pulau
perawan eksotis di sekitarnya. Salah satunya yakni Karimunjawa. Siapa yang tidak
mengenal pesona alam satu ini. Namanya tak kalah populer dari Bunaken, Pulau
Dewata, dan Raja Ampat. Meskipun saya belum pernah ke sana, tapi pesona
Karimunjawa dapat kita lihat berseliweran di sosmed. Ribuan orang
berbondong-bondong untuk menjejakkan kaki ke tempat ini. Peminat wisata Karimunjawa
pun beragam, mulai wisatawan lokal yang ingin menghabiskan waktu liburan hingga
wisatawan mancanegara yang ingin menghabiskan musim panas.
Pertama kali menemukan kata
Karimunjawa waktu kecil, saya sempat dibuat bingung sekaligus penasaran dengan
kata “karimun” dan nggak yakin bahwa pulau
tersebut ada di daerah Jawa. Ternyata kata tersebut berasal dari kata “kremun” (Bahasa
Jawa) yang artinya samar-samar. Sejak itu pula saya yakin ia terletak di Laut
Jawa. Setelah menginjak remaja saya baru tahu sejarah lengkap Pulau Karimunjawa
yang ternyata masih kental kaitannya dengan Kerajaan Jawa. Beberapa mitos pun
masih dipercaya oleh masyarakat penghuni pulau tersebut. Salah satunya tentang
Kayu Dewadaru yang apabila dibawa keluar dari kepulauan ini akan mendatangkan angin
dan ombak besar yang akan menenggelamkan kapal-kapal yang sedang menyebrang. Believe it or not, but it exists. How great
Our Creator is. Namun, hal ini tidak menjadikan saya takut dan menyurutkan
niat saya untuk menjejakkan kaki ke daratan berpasir putih ini.
Terlahir di pulau dengan
hamparan pasir putih dan gradasi biru laut Bangka, ternyata tak mampu menjadikan
saya bosan menatap pantai. Tetap saja, saya selalu antusias jika menemukan
pantai-pantai eksotik di Indonesia seperti Karimunjawa. Saya bermimpi suatu
hari nanti bisa sampai ke wisata taman laut ini bersama sahabat-sahabat saya.
Ingin sekali rasanya blusukan
ke Legon Lele yang katanya punya lele-lele tak berpatil. Kayak apa coba bentukan
lelenya, pasti imut dan jinak kali ya. Lalu menuju ke penangkaran hiu di Pulau
Menjangan Besar. Seumur-umur, saya hanya pernah makan daging hiu yang dijual di
pasar-pasar ikan di tanah kelahiran saya, tapi belum pernah berendam bareng
hiu-hiu. Wah, pasti menyenangkan bisa melihat wajah mereka dari dekat. Nggak bisa
bayangin bagaimana adrenalin saya waktu nyemplung di air bareng hiu, pasti jadi
pengalaman tak terlupakan. Saya juga ingin menjelajah pantai-pantai Karimunjawa
seperti Pantai Barakuda dan Pantai Ujung Gelam yang pesonanya tak kalah dengan
pantai-pantai di Bangka.
Penangkaran Hiu sumber : tripbebas.wordpress.com |
Tempat lain yang ingin saya jelajah di Karimunjawa
yakni area Tracking Hutan Mangrove. Saya ingin sampai ke atas menara di konservasi
hutan mangrove agar dapat melihat kecantikan padang lamun Karimunjawa. Syukur-syukur
kalau bisa bertemu dengan fauna endemik seperti Burung Delimun Zamrud atau ular
edor yang katanya buta. Jika saya beruntung, mungkin akan mendapati burung
migran seperti Trinil Bedaran dari China dan Kedidi Leher Merah dari Australia
sedang singgah di sana atau melihat kupu-kupu Euploea crameri karimondjawaensis dan Idealeuconea karimondjawaensis yang merupakan endemik Karimunjawa. Yang
pasti saya tak ingin melewatkan untuk melihat langsung 2 jenis bakau langka di
Karimunjawa yakni Duduk (Scyphiphora
hydrophyllacea) dan Betah (Exoccaria
agallocha).
Tracking Mangrove sumber :gpswisataindonesia.blogspot.com |
Fauna endemik lain yang ingin
saya lihat dari dekat yakni penyu hijau (Chelonia
Mydas). Banyak buku mengatakan penyu ini menjadi hewan herbivora dengan
memakan rumput laut ketika menginjak usia dewasa. Saya ingin melihat dengan
mata kepala saya sendiri dan menyentuh langsung penjelajah laut satu ini di Karimunjawa, tak
perlu jauh-jauh ke Galapagos. Saya juga ingin berdiri di Pulau Gosong; daratan
kecil berpasir putih yang terletak di sekitar Karimunjawa.
Penyu Hijau sumber : www.telusurindonesia.com |
Menjejak langkah ke daratan
Karimunjawa tak lengkap rasanya jika tidak melihat jejak-jejak sejarah pulau ini.
Maka saya ingin menuju makam keponakan dari Sunan Muria yakni Amir Hasan di
Desa Nyamplungan. Bukit Joko Tuo juga ingin saya telusuri, ingin melihat
kerangka ikan raksasa Joko Tuo dan tasbih terbesar serta terberat yang tersusun
alami di Bukit Juko Tuo.
Bukit Joko Tuo sumber : jateng.tribunnews.com |
Tempat terakhir yang tak kalah
ingin saya kunjungi adalah Bukit Love di Dusun Jatikerep. Dari dulu saya selalu
kagum dengan sculpture karya Robert Indiana ini. Beruntung ternyata juga ada di
Indonesia, tak perlu jauh-jauh ke JFK Philadelphia atau New York City.
Hari-hari terakhir hanya akan saya
isi dengan wisata kuliner makanan khas Bugis dan kuliner khas Karimunjawa
seperti pindang serani dan srepeh. Pasti terasa nikmat menyantapnya sambil
duduk-duduk di home stay atau wisma apung di sekitar wisata Karimunjawa. Barulah
setelah itu saya blusukan ke Alun-Alun Karimunjawa melihat pohon kenari yang
legendaris itu sembari menikmati siomay. That’s
all. Selebihnya saya hanya ingin menatap lekat-lekat sunset Karimunjawa
bersama sahabat-sahabat saya.
Bukit Love sumber : www.yukpiknik.com |
Pulang dari Karimunjawa, saya hanya ingin membawa foto dan cerita bagi siapa saja yang saya temui. Saya ingin
mereka tahu bahwa Indonesia ini begitu menakjubkan. Hampir semua pelosok negeri
ini menyimpan kilau mutiara. Tak terkecuali Karimunjawa ini.
Karimunjawa selalu masuk daftar tujuan destinasi pertualangan saya menjelajah bumi Indonesia. Semoga ParadisoTour mampu mewujudkannya. Kalau tidak, saya tetap pada semboyan saya bahwa banyak jalan menuju Roma. Saya percaya
suatu hari nanti pasti akan sampai ke sana juga. Saya hanya perlu terus berusaha
dan tak berhenti berusaha. See you
someday, Karimunjawa.
Silakan buka video ini jika ingin melihat pesona Karimunjawa lebih dekat. Enjoy it ^_^
Silakan buka video ini jika ingin melihat pesona Karimunjawa lebih dekat. Enjoy it ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar